WARTAWAN bukanlah
profesi yang berada di zona aman, juga tidak berada dalam wilayah nyaman.
Banyak tantangan, bahkan ancaman, yang menuntut wartawan memiliki kesiapan
mental yang tangguh. Mental yang kuat,
sekuat baja. Wartawan juga mesti memiliki mental yang tegar, setegar batu
karang, yang tetap berdiri tegak kendati dihantam gelombang dahsyat.
Dunia
wartawan, bukanlah dunia nyaman. Hiruk-pikuk politik, hingar-bingar praktik
korupsi, dan beragam patologi sosial, plus berpuluh hingga beratus kejadian tak
terduga seperti kebakaran, gunung meletus, dan tragedi lain yang menuntut
wartawan tetap siaga 24 jam. Tak peduli malam, tak peduli hujan, bila ada fakta
penting atau peristiwa yang layak diliput, wartawan tidak mau tidak harus
terjun ke lapangan. Jelas, ini pekerjaan
yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki mental tangguh.
Dunia
wartawan, juga bukan berada zona aman. Lihatlah dengan mata terbuka, tentu Anda
akan mengetahui fakta-fakta tragis yang menimpa sejumlah wartawan. Dari mulai
penganiayaan sampai pembunuhan. Ini terjadi. Aksi teror yang dibidikkan kepada para wartawan, juga
bukan hal langka. Sering, juga amat sering. Nah, ini pun membutuhkan mental
kuat, sekuat baja.
Wartawan
yang baik adalah wartawan yang memiliki mental yang tangguh, kuat, tegar, dan
tahan banting. Menjadi wartawan memang tidak ringan, siap ditugaskan kapan pun
dan ke mana pun. Termasuk ke wilayah konflik, dan medan tempur. Meliput di
daerah seperti ini, jelas membutuhkan kesiapan mental yang tidak ringan. Juga
berani mengambil risiko terpahit sekalipun.
Bila
tentara ke medan tempur, itu biasa. Tidak aneh, juga tidak luar biasa. Selain
itu menjadi tugasnya, tentara juga telah terlatih untuk berperang, baik fisik
maupun mentalnya. Dan lagi, mereka memiliki senjata, bebeda dengan wartawan.
Sekalipun memang bukan untuk berperang,
namun tetap memiliki risiko yang sama: selamat, terluka, atau tewas. Karena
itu, wartawan membutuhkan mental yang kuat, karena selain tidak dilatih khusus,
juga tidak memiliki senjata, kecuali rekaman, kamera, atau handycam. Inilah pentingnya mental wartawan itu hebat. []
Enjang Muhaemin, Staf Pengajar
Jurnalistik UIN SGD Bandung