BandungOke – Tidak kurang dari 9 tarian dari tujuh 75 penari akan meramaikan Gelaran Bandung Isola Performing Arts Festival (BIPAF) 2024 yang berlangsung di pelataran halaman Gedung Isola atau Bumi Siliwangi, Universitas Pendidkan Indonesia (UPI) Bandung mulai pukul 19.00 WIb hingga selesai, Jumat malam, 18 November 2024 .
Direktur BIPAF, Dr. Ayo Sunaryo mengatakan
BIPAF merupakan sebuah festival yang menjadi wadah promosi karya seni pertunjukan inovatif terkurasi (tari, teater tari, drama tari) di Kota Bandung. Sajian tarian bertaraf internasional dari sejumlah negara ini merupakan gelaran tahun ke-8 BIPAF dan tahun ke-2 dengan mengangkat tema Intercultural Collaboration.
“BIPAF merupakan fasilitasi bagi para pencipta, penyaji seni, dan tim pekerja kreatif untuk mementaskan karyanya, sehingga terjadinya kolaborasi dan transaksi dengan para direktur festival dan venue presenters tingkat nasional dan internasional,” kata Ayo Sunaryo. Jumat 18 Oktober 2024.
BIPAF ini, kata Ayo Sunaryo, diselenggarakan oleh UPT Kebudayaan dan BIPAF Community bekerjasama dengan LPPM UPI. Festival ini didesain untuk indoor maupun outdoor stage dengan mengambil latar bangunan heritage “Villa Isola” UPI.
“Tema Intercultural Collaboration sebagai fokus utama, mewakili sinergi antar bangsa mempersembahkan karya seni yang mendalam dan penuh makna. Karya-karya yang ditampilkan merupakan hasil kreativitas dari para seniman berbakat dari Indonesia, Filipina, Jerman, dan Malaysia, dengan jumlah karya mencapai 9 tarian dengan 75 penari,” katanya.
Ayo Sunaryo mengatakan, melalui kolaborasi lintas negara, festival tahun ini tidak hanya merayakan keindahan keberagaman, tapi juga membuka cakrawala baru untuk memahami dan menghargai berbagai bentuk seni dan budaya.
Ayo Sunaryo menegaskan, BIPAF percaya seni pertunjukan menjadi kekuatan guna menjembatani perbedaan, memupuk pemahaman, serta membangun kebersamaan di tengah dinamika dunia yang terus berubah. Dengan menampilkan karya-karya terbaik, festival ini menjadi medium yang mempertemukan tradisi dan inovasi, lokalitas dan globalitas, serta menciptakan ruang di mana kreativitas tumbuh tanpa batas.
“Kami berharap BIPAF dapat menjadi sumber inspirasi dan pengingat akan pentingnya kolaborasi dalam menciptakan masa depan seni yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Melalui dedikasi dan komitmen para seniman yang terlibat, BIPAF 2024 menjadi saksi atas potensi besar yang dapat dicapai melalui kerja sama lintas budaya. Selamat menikmati setiap penampilan yang telah dipersiapkan dengan penuh cinta dan dedikasi. Semoga BIPAF menjadi pengalaman yang tidak terlupakan dan memperkaya perspektif dalam memahami,” katanya.
Sementara itu, seorang penyaji dan pengisi BIPAF 2024 Ine Arini mengatakan, jika
gelaran ini dipercaya akan mampu memberikan warna dan nuansa lain seni tari di Kota Bandung maupun Jawa Barat.
“Hadirnya para penari dari mancanegara yang berkolaborasi dengan para penari lokal akan menghadirkan warna dan nuansa berbeda pada seni tari lokal. Karena mereka tetap menghadirkan tarian tradisional yang dikolaborasikan dengan tarian modern,” katanya.
Pada gelaran BIPAF 2024 ini, Ine Arini akan menyajikan tarian berjudul “Pada Suatu Hari di Rumah Bersalin”. DimanaTarian ini merupakan sebuah kontemplasi dirinya yang berkecimpung dalam dunia tari.
“Tarian ini menggambarkan kehidupan saya yang berkecimplung dalam dunia tari, padahal saya adalah seorang bidan yang harus berjuang menyelamatkan persalinan dan pulang di tengah malam,” katanya
Ditempat yang sama, penari dari Jerman
Martina Feiertag akan menampilkan tarian Never Enough. Martina akan berkolaboari dengan Dian Bokir dan Ary Therry, dengan menampilkan tarian modern yang dikolaborasikan dengan tarian tradisional dari Trenggalèk, Jawa Timur.
“Tarian ini menggambarkan sifat rakus dari hewan babi (hutan) yang merusak dan memakan kebun milik rakyat. Namun tarian ini disajikan dalam nuansa komedi, sehingga yang muncul lebih keunsur kelucuan saja. Pesan moral dari tarian ini adalah jangan anggap enteng hama babi ini,” katanya.***
Discussion about this post