BandungOke, – Tim Ekspedisi Dayung Jelajah Nusantara (DJN) Wanadri merampungkan pengelilingan pulau Belitong menggunakan armada kayak laut sejauh 440 km selama 28 hari.
Ketua Tim Ekspedisi DJN, Yoppi Rikson Saragih mengatakan ekspedisi yang dimulai dari tanggal 18 Agustus 2024 di Sheraton Resort Belitong, dan berakhir di tempat yang sama pada 14 September 2024 mengadakan berbagai kegiatan yang manfaatnya langsung dirasakan oleh masyarakat.
“Selain menelusuri perairan pesisir pulau belitung, tim ekspedisi juga melakukan kegiatan lain yakni penanaman mangrove dan terumbu karang, serta memberikan pelatihan selam kepada masyarakat disana,” kata Yoppi kepada wartawan di Eiger Bandung. Jumat 10 Januari 2025.
Yoppi menuturkan, ekspedisi DJN tersebut beranggotakan 8 orang pendayung yang tergabung dalam Tim Segara dan 7 orang personil berada di Tim Nusa atau Tim Pendukung di daratan ini mampu dituntaskan dalam 28 hari.
“Penjelajahan kayak laut di Belitong ini adalah kelanjutan dari ekspedisi DJN mengitari Pulau Flores sejauh 1045 kilometer selama 58 hari yang sukses dihelat pada tahun sebelumnya,” katanya.
Menurut Yoppi, dengan rampungnya ekspedisi DJN Belitong, melalui acara
Learn and Share kami ingin berbagi pengalaman sekaligus memberikan laporan pertanggung jawaban kepada para pihak sponsor yang telah mendukung kegiatan penjelajahan ini.
“Melalui gelaran Learn and Share ini juga merupakan upaya tanggung jawab sekaligus momen komunikasi antara Tim DJN dengan para pihak pendukung dan sponsor, dari Eiger Adventure dan mitra-mitra lainnya”, tegas Yoppi.
Ekspedisi Pulau Buru
Disinggung penjelajahan berikutnya, Yoppi mengatakan tahun ini Wanadri akan melanjutkan ekspedisi ke Pulau Buru dengan tema “Buru Expedition Rediscover the Forgotten Island of Moluccas”.
“Ekspedisi Pulau Buru ini, rencananya akan dimulai pada April 2025. Selain menyusuri pesisir Pulau Buru dengan kayak, juga akan melakukan panjat tebing dan pendakian Gunung Kapalatmada,” kata Yoppi.
“Tebing itu ketinggiannya lebih kurang 700 meter, belum pernah ada yang daki, kemudian pendakian gunung Kapalatmada, itu juga belum pernah ada yang daki,” imbuhnya.
Dalam setiap pengembaraannya, WANADRI berkomitmen untuk memberikan kemanfaatan bagi masyarakat seperti melakukan penanaman terumbu karang, penanaman mangrove dan membantu program pemerintah untuk menuntaskan stunting.
“Tapi kita tidak masuk ke masalah gizinya, kita masuk ke masalah penyediaan air bersihnya di sana, selain itu, kami juga akan melakukan penelitian masalah etnobotani di sana, sehingga kita bisa menetapkan berikutnya bagaimana strategi konservasi yang baik untuk di daerah di Indonesia,” kata Yoppi.
Yoppi merinci agenda ekspedisi Pulau Buru ini akan dimulai dengan pendakian tebing pada April-Mei, kemudian untuk pendakian gunung, penyusuran menggunakan kayak serta penelitian etnobotani dan penanaman mangrove dilakukan antara bulan September sampai Oktober tahun 2025.
“Jadi, sebenarnya persiapannya sudah mulai dari tahun lalu, tapi ya surveinya bulan Maret, pelaksanaan mulai April, sampai September, Oktober tahun ini,” terangnya.
Dalam ekspedisi ini, total ada sekitar 50 orang yang terlibat, termasuk dari Mahatva Fakultas Pertanian Unpad.
“Kemudian juga didukung oleh peneliti dari Fakultas Pertanian Unpad. Jadi ada banyak, kita perkirakan akan diikuti tim intinya ada sekitar 50 orang,” katanya.
Yoppi mengaku sengaja meluaskan kerja sama dengan berbagai pihak untuk memberikan lebih banyak manfaat bagi masyarakat dalam ekspedisi ini.
“Bukan sekedar jalan-jalan mendaki gunung, tapi ada penelitian ilmiah yang didapat dari sana, outputnya bisa berupa jurnal ilmiah yang bermanfaat,” pungkasnya.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, COO Eiger, Mario Pratama menambahkan, pihaknya sebagai brand outdoor berkomitmen terus mendukung kegiatan komunitas-komunitas pecinta alam.
“Senang sekali tentunya ya, jadi kebanggaan buat kita, Eiger akhirnya selalu bisa jadi rumah buat teman-teman Wanadri dan para petualang lainnya,” ujar Mario.
Kerjasama ini, kata dia, terjadi sangat natural karena memiliki kesamaan nilai tentang pendidikan, penelitian, penjelajahan, lingkungan hidup dan kemanusiaan.
“Jadi itu terjadi secara natural dan akhirnya saling belajar, tentunya satu sama lain karena Eiger sebagai brand, kita nothing tanpa para petualang, tanpa semangat petualangan, tanpa Wanadri tentunya dan komunitas-komunitas pencinta alam lainnya,” pungkasnya. ***