BandungOke – Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, hadir sebagai dosen tamu dalam kuliah umum program Magister Business Administration (MBA) di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) Kampus Jakarta.
Di hadapan para mahasiswa, Ahok berbagi pandangan mendalam tentang pentingnya karakter dalam kepemimpinan, terutama di tengah situasi global yang penuh tantangan dan perubahan cepat. Ia menekankan bahwa pemimpin masa kini harus memiliki integritas tinggi, menjadi teladan, dan tetap autentik dalam setiap tindakan.
Mengusung tiga prinsip utama yang menjadi fondasi kepemimpinannya, Ahok memaparkan:
1. Kepala Lurus, Bawahan Tak Berani Belok
2. Autentik dalam Tindakan
3. Semua Murid, Semua Guru
“Kalau kepala lurus, bawahan tak akan berani bengkok,” ujarnya, menggarisbawahi pentingnya keteladanan dari pucuk pimpinan.
Ahok juga mengingatkan bahwa seorang pemimpin sejati harus terbuka untuk terus belajar dari siapa pun, termasuk dari orang-orang di sekelilingnya. Menurutnya, kepemimpinan bukan soal jabatan, tapi soal tanggung jawab dan pengaruh positif yang ditularkan.
Selain itu, Ahok juga menekankan pentingnya berpikir kritis dan penguasaan manajemen anggaran dalam menghadapi persaingan ekonomi global.
Dalam hal ini, digitalisasi menjadi alat penting untuk efisiensi dan penghematan biaya. Ia mendorong penerapan tanda tangan digital dan sistem elektronik guna meningkatkan transparansi.
Ia juga menekankan prinsip accurate cost cutting, yakni efisiensi tanpa mengorbankan pelayanan publik.
Dengan prinsip sederhana: paling berkontribusi, itulah yang paling berhak. Ia menekankan pentingnya management by consequences, di mana tanggung jawab dan hasil kerja menjadi tolok ukur utama.
Dalam pengelolaan sumber daya manusia, Ahok mendorong sistem berbasis kekeluargaan, meritokrasi, empati, keadilan, serta rasa memiliki.
“Kita bukan hanya human, tapi human being. Kita harus bekerja dengan hati. Keputusan dengan hati nurani, tidak pernah salah” pesannya.
Menutup kuliah umumnya, Ahok menyampaikan optimisme terhadap masa depan bangsa meskipun korupsi masih menjadi tantangan besar.
“Di tengah kegelapan, selalu ada harapan. Semua terjadi agar kita bisa menjadi lebih baik,” pungkasnya.***