BandungOke – Di tengah derasnya tuntutan industri dan sempitnya ruang kerja bagi lulusan SMK, sebuah pendekatan baru ditawarkan. Bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan perubahan cara berpikir, dari bekerja menjadi berwirausaha, dari mengandalkan intuisi menjadi berbasis data.
Menurut Shimaditya Nuraeni dari Lab Big Data dan Business Analytics SBM ITB, masalah utama yang dihadapi dunia usaha saat ini adalah ketidaktahuan membaca dan menggunakan data.
“Sebanyak 70 persen usaha belum mampu mengubah data menjadi profit. Banyak keputusan bisnis masih diambil secara instingtif tanpa dasar analisis,” kata Shimaditya Nuraeni. Kamis (22/5/2025)
Ia mencontohkan, bagaimana tren data penjualan bisa memberi sinyal soal produk unggulan berikutnya, atau bagaimana evaluasi kampanye media sosial bisa mengarahkan strategi pemasaran yang lebih efektif.
“Namun, kalau pelaku usaha tidak tahu cara membaca data ini, mereka kehilangan peluang emas,” tegasnya.
Program Jagoan Wirausaha (JAWARA) 2025
Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB (SBM ITB) menjadi pemain kunci dalam gerakan Program Jagoan Wirausaha (JAWARA) 2025.
SBM ITB hadir dengan misi besar yakni membekali siswa SMK Jawa Barat dengan kecakapan wirausaha digital yang adaptif terhadap dunia nyata.
Peluncuran program JAWARA 2025 yang berlangsung hari ini (22/5/2025) di Aula Timur ITB, tak hanya menjadi seremoni, melainkan awal dari transformasi pendidikan vokasi yang menyentuh akar permasalahan: rendahnya kemampuan memanfaatkan data dalam pengambilan keputusan bisnis.
Mereka tak sekadar menyumbang materi, tetapi menghadirkan serangkaian bootcamp dari Data Detective hingga pelatihan design thinking yang menargetkan siswa, guru, hingga pelaku UMKM.
JAWARA bukan sekadar proyek pelatihan.
Program ini mengusung kolaborasi antar-sektor yang solid: SBM ITB, GEMA Foundation, PT CHOLORINE, Telkomsel, hingga SEAQIS. Dinas Pendidikan Jawa Barat pun mendukung penuh, menyadari bahwa lapangan kerja formal tak lagi sanggup menyerap lulusan SMK.
“Program ini adalah solusi atas keterbatasan investasi lapangan kerja bagi lulusan SMK,” ujar Dr. Deden Saepul Hidayat, Plt Kadisdik Jabar.
Tiga program unggulan SBM ITB dirancang untuk menumbuhkan kapasitas data-driven entrepreneurship. Program Data Detective, misalnya, disusun agar siswa dari semua jurusan SMK bisa berlatih membaca pola-pola digital, mengevaluasi strategi, dan menyusun keputusan berdasar data. Pertemuan dilakukan sebulan sekali hingga awal 2026, dibimbing langsung oleh para fasilitator.
Sementara itu, Business Analytics Bootcamp mengajak 900 peserta mendalami keterampilan praktis—dari pemasaran berbasis data, keuangan, hingga pembuatan dashboard monitoring. Sedangkan untuk guru, SBM ITB merancang pelatihan khusus agar mereka mampu menjadi mentor bisnis yang andal, dengan pembekalan strategi pembelajaran, negosiasi, dan keterampilan abad 21.
Misi besar di balik JAWARA adalah membentuk ekosistem kewirausahaan di level pendidikan menengah kejuruan. Dengan dukungan laboratorium keilmuan seperti ETM, DMSN, PKM, BSM, BRF, dan OPM di SBM ITB, program ini diharapkan menjadi cetak biru nasional dalam pendidikan vokasi berbasis data dan inovasi.
Tak berlebihan jika program ini disebut sebagai titik balik. Sebuah intervensi yang menolak pasrah pada kenyataan, dan memilih memberdayakan siswa SMK untuk jadi pengusaha masa depan yang tangguh bukan hanya dengan semangat, tapi juga dengan data di tangan.***
Editor : Denny Surya






