Penulis : Iwan Setiawan
BandungOke – Dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Al-Thabrani, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril) telah membisikkan ke dalam hatiku bahwa setiap jiwa tidak akan mati hingga sempurna ajal dan jatah rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan perindahlah cara mencari rezeki. Jangan sampai keterlambatan rezeki membuat kalian mencarinya dengan maksiat. Karena rezeki dari Allah hanya bisa diraih dengan ketaatan kepada-Nya.”
Hadits ini mengingatkan kita bahwa rezeki sudah dijamin oleh Allah, tinggal bagaimana cara kita menjemputnya: dengan cara yang halal dan penuh kesabaran.
Istibṭha: Keinginan Mendahului Takdir
Namun, di tengah tuntutan hidup dan persaingan dunia, banyak dari kita terkena penyakit hati bernama istibṭha, yaitu:
“Penyakit ingin segera mendapatkan sesuatu sebelum waktunya.”
Penyakit ini bisa memicu kita untuk bertindak gegabah, seperti:
Berutang dengan riba demi gengsi.
Mengambil uang kantor demi gaya hidup yang tak sesuai kemampuan.
Iri dan hasad karena teman terlihat lebih sukses secara materi.
Padahal, menurut Imam Al-Ghazali, istibṭha merupakan bagian dari hasad (kedengkian) dan cinta dunia berlebihan. Sifat ini menumpulkan kesabaran dan melemahkan keimanan terhadap takdir Allah.
Rezeki Tak Butuh Dikejar dengan Nafsu
Sering kali kita ingin cepat kaya, cepat naik jabatan, atau segera punya rumah mewah seperti orang lain. Tapi kita lupa bahwa rezeki datang dengan cara Allah, bukan cara kita.
“Takkan mati seorang hamba sampai rezekinya disempurnakan.” – Sabda Nabi Muhammad SAW.
Maka, tugas kita adalah berusaha sebaik mungkin, bersabar, dan tetap berpegang pada kejujuran dan ketaatan dalam setiap usaha.
Jangan Genggam Dunia dengan Nafsu
Rezeki yang halal memang kadang datang lebih lambat, tapi ia datang dengan berkah dan ketenangan hati. Sementara rezeki haram mungkin cepat terlihat, namun bisa menghadirkan murka dan musibah.
Jangan iri pada mereka yang punya motor baru, mobil mewah, atau rumah megah. Bisa jadi itu ujian, bukan anugerah.
Yang penting bukan seberapa cepat kita sukses, tapi seberapa lurus jalan kita dalam mencapainya.
Kesimpulan: Tenangkan Hati, Indahkan Jalan
Hidup bukan lomba siapa paling kaya duluan. Tapi siapa yang tetap bertakwa, meski rezekinya belum terlihat banyak. Karena kemuliaan bukan milik orang kaya, tapi milik hati yang bebas dari perbudakan dunia.
“Cukuplah Allah sebagai tujuan. Bukan gengsi. Bukan pujian.”
Wallahu a’lam.
Ba’da subuh
Mihrab Masjid Al Hidayah
Cemara – Bandung Utara:
3 Dzulhijjah 1446H
salam: #BukanCepatTapiSelamat @iwan






