SOREANG, BandungOke.com — Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi membuka Musabaqah Tilawatil Qur’an dan Hadits (MTQH) ke-39 Provinsi Jawa Barat dengan pesan tajam yang menggugah.
Ia menolak MTQH dijadikan ajang lomba bergengsi semata, dan mengingatkan bahwa esensinya terletak pada internalisasi nilai-nilai Al-Qur’an ke dalam kehidupan sehari-hari.
“Ini bukan Formula E, bukan liga olahraga. Ini forum spiritual. Tidak penting siapa juara umum. Yang penting adalah bagaimana cahaya Al-Qur’an masuk ke dalam diri setiap kita,” tegas Dedi saat membuka acara di Gedung Bale Rame, Minggu (15/6/2025).
Pernyataan tersebut menjadi kritik tersirat terhadap praktik seremonial keagamaan yang sering kali berhenti pada simbol dan gelar, tanpa dampak nyata terhadap kebijakan maupun perilaku publik.
Dari Lomba ke Laku
Menurut Dedi, keberhasilan MTQ tidak boleh diukur dari raihan medali, tetapi dari seberapa besar Al-Qur’an mampu menyinari relung hati para pemimpin dan birokrat. Ia menekankan bahwa Al-Qur’an harus menjadi penuntun moral dalam merumuskan kebijakan yang adil dan berkeadaban.
“Cahaya Al-Qur’an harus masuk ke relung hati penyelenggara agar bertindak adil. Masuk ke hati gubernur agar membuat kebijakan dengan adil. Masuk ke hati bupati agar masyarakat diperlakukan dengan adil,” ujarnya.
Pesan ini mengandung sindiran halus terhadap praktik birokrasi yang kerap menanggalkan nilai spiritual dalam pengambilan keputusan.
Spiritualitas, Bukan Seremonial
Dedi juga mengingatkan bahwa Al-Qur’an bukan hanya mushaf atau bacaan indah, tapi juga hadir dalam bentuk semesta ciptaan. “Gunung, sungai, matahari, semua bertasbih kepada Allah. Kalau kita rusak alam, berarti kita menolak tasbih semesta,” katanya, sembari meminta masyarakat menjaga ekosistem alam Sunda seperti Ciwidey dan Pangalengan.
Ia menyebut kelembutan hati sebagai syarat utama untuk menyerap nilai Al-Qur’an. Dengan mengutip keteladanan Rasulullah SAW, Dedi menggambarkan bahwa kelembutan hati adalah pintu masuk cahaya ilahi.
“Yang paling lembut hatinya adalah Rasulullah. Karena itu, Al-Qur’an bisa diturunkan ke hatinya yang lebih lembut dari sutra mana pun,” katanya.
Mewarisi Jalan Para Wali
Gubernur juga menyoroti pentingnya pendekatan budaya dalam dakwah, merujuk pada sejarah masuknya Islam ke Nusantara melalui narasi Ramayana dan Mahabharata oleh para wali.
“Para wali memperkenalkan Islam lewat simbol dan budaya, bukan kekuasaan. Di situ letaknya kekuatan spiritual yang tidak menindas,” ujar Dedi.
Acara pembukaan MTQH yang diikuti 1.799 peserta dari 27 kabupaten/kota ini turut dimeriahkan dengan pawai ta’aruf, bazaar UMKM, dan defile kafilah yang membawa tema “Cahaya Al-Qur’an, Spirit Lebih Bedas Menuju Jabar Istimewa.”
MTQH akan berlangsung hingga 22 Juni 2025, dan ditutup dengan pengumuman juara umum. Namun, pesan Gubernur Dedi Mulyadi jelas: bukan trofi yang penting, melainkan sejauh mana Al-Qur’an menjadi pelita dalam laku hidup masyarakat dan para pemimpin daerah.***