BANDUNG, BandungOke.com – Ada sesuatu yang istimewa ketika dunia anak-anak dipertemukan dengan keseriusan dunia seni.
Family Art Month (FAM) 2025 di NuArt Sculpture Park Bandung, misalnya, membuktikan bahwa seni bisa menjadi jawaban dari krisis paling diam-diam dalam dunia pendidikan kita: hilangnya ruang untuk berimajinasi.
Dengan tajuk Dreams and Stories, festival ini lebih dari sekadar agenda wisata budaya. Ia adalah pernyataan lembut tapi tegas: bahwa anak-anak perlu lebih dari sekadar lembar kerja dan nilai rapor. Mereka perlu ruang. Mereka perlu cerita. Dan yang terpenting: mereka perlu didengarkan.
NuArt, sebagai ruang seni yang lahir dari tangan dingin maestro Nyoman Nuarta, menjelma menjadi semacam tempat ziarah baru bagi keluarga urban yang rindu pengalaman bermakna.
Melalui kerja kolaboratif dengan IFI, Gulali Festival, The Japan Foundation, hingga komunitas lokal seperti Pustakalana dan Mizan Pustaka, festival ini tidak hanya membangun acara, tapi juga membangun ekosistem.
Panggung kecil menampilkan teater anak. Dinding galeri jadi papan gambar raksasa. Bahkan kuliner pun bertransformasi menjadi kelas budaya, saat lokakarya memasak Jepang digelar berdampingan dengan pemutaran film. Semua seperti menyatu dalam satu tarikan napas: merayakan seni sebagai pengalaman hidup.
Tapi pertanyaannya: mengapa pengalaman seperti ini justru menjadi langka? Di luar sana, taman bermain semakin sempit, ruang kreatif makin mahal, dan pendidikan seni semakin dianggap pinggiran.
FAM 2025 justru menantang itu. Ia menunjukkan bahwa seni tidak harus mahal, dan imajinasi tidak boleh eksklusif.
Melalui program ini, anak-anak bukan hanya penikmat, tapi juga pencipta.
Mereka menulis cerita, menggambar mimpi, menari kenangan. Dalam dunia yang sibuk mengejar prestasi dan produktivitas, NuArt menawarkan ruang yang berbeda: tempat di mana diam anak-anak didengar sebagai puisi, dan coretan mereka diperlakukan sebagai karya.
Dan mungkin, di sanalah kita menemukan makna sebenarnya dari liburan: bukan sekadar jeda, tapi ruang untuk tumbuh—bersama seni, cerita, dan harapan.***