BANDUNG, BandungOke.com – Ketidakpastian proyek pembangunan jalan layang (flyover) Nurtanio makin memicu keresahan warga Kota Bandung.
Enam bulan sudah proyek itu terhenti, dan hingga kini tak satu pun alat berat bergerak di lokasi. Warga, terutama mereka yang tinggal dan beraktivitas di sekitar Jalan Nurtanio, merasa ditelantarkan.
“Macet terus tiap hari. Orang hanya lewat, enggak ada yang mampir. Jualan pun jadi sepi,” keluh Roliyah (45), pedagang yang biasa membuka lapak di sekitar lokasi proyek.
Ia hanya satu dari ratusan warga terdampak langsung oleh proyek yang kini berubah menjadi “bangkai beton”.
Flyover Nurtanio yang awalnya digadang-gadang sebagai solusi untuk mengurai kemacetan di wilayah barat Kota Bandung justru menjadi sumber persoalan baru. Arus kendaraan kini tersendat setiap pagi dan sore.
Jalan menyempit, tapi pengerjaan berhenti, tidak ada kejelasan dari pihak berwenang. Pemerintah pusat, sebagai pemilik proyek, seperti abai.
“Ini bukan hanya urusan infrastruktur. Ini soal keadilan pelayanan publik. Warga berhak atas kepastian,” kata Wali Kota Farhan.
Namun, di sisi lain, Pemerintah Kota Bandung juga mengakui keterbatasannya.
“Proyek ini bukan wewenang kami. Kami pun tidak bisa serta-merta menggelontorkan dana APBD ke proyek yang bukan milik kami,” ujar Farhan.
Kondisi ini menimbulkan dilema struktural yang klasik: pusat memegang kendali, tapi daerah yang menanggung dampak langsung. Sementara warga dibiarkan menunggu, tanpa tahu kepada siapa harus menuntut.
Kepala Diskominfo Kota Bandung, Yayan A. Brilyana, mengatakan bahwa Pemkot Bandung terus berupaya melakukan komunikasi politik dan birokrasi ke pusat. Namun, publik berharap upaya ini tidak sekadar menjadi formalitas diplomatik.
“Sudah terlalu banyak proyek strategis nasional yang mangkrak di daerah, lalu dibiarkan begitu saja. Flyover Nurtanio tak boleh bernasib sama,” kata Yayan.***






