close
RCAST.NET
HOT
BandungOKE
No Result
View All Result
BandungOKE
No Result
View All Result

Arsitek Ingatkan Rumah 18 Meter Persegi Tak Manusiawi

by Denny Surya
20 Juni 2025 - 16:16
Arsitek Ingatkan Rumah 18 Meter Persegi Tak Manusiawi

Bandung, BandungOke — Wacana rumah subsidi dengan luas hanya 18 meter persegi menuai kontroversi. Bagi sebagian orang, ini solusi efisiensi. Namun bagi para arsitek dan pegiat perumahan, ini adalah titik nadir dari krisis kepedulian negara terhadap hak hidup layak.

Dalam forum diskusi terbuka bertajuk Polemik Rumah Subsidi 18m², Georgius Budi Yulianto, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia, menegaskan bahwa rumah bukan hanya unit ekonomi atau angka dalam laporan tahunan pemerintah.

RelatedPosts

KPPU Klarifikasi: Tak Terlibat Skema Chromebook Era Nadiem

KAI Tawarkan Diskon Tiket 20 Persen di Jakarta Fair 2025

Tiket Diskon KAI Terjual 1 Juta, Relasi Favorit Padat

“Ini bukan hanya soal atap dan dinding. Rumah adalah sistem kehidupan. Kalau terlalu kecil, anak-anak tidak bisa tumbuh optimal, keluarga tidak punya ruang untuk berinteraksi sehat,” tegas Bugar panggilan akrab Georgius, Jumat (20/6/2025) di De Kamasan, Bandung.

Georgius Budi Yulianto, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia
Georgius Budi Yulianto, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia

Ia mengutip sejumlah studi yang menunjukkan korelasi kuat antara keterbatasan ruang hidup dan peningkatan stres, kekerasan domestik, hingga penyebaran penyakit.

Di Indonesia, ujarnya, di mana TBC masih menelan 14 nyawa per jam, kualitas hunian bukan hanya isu sosial, tetapi juga isu kesehatan publik.

Dalam Permen PUPR No. 689/KPTS/M/2023, rumah subsidi boleh dibangun sekecil 21 m². Namun Georgius menilai, kebijakan itu masih jauh dari ideal. “Kalau rumah terlalu kecil, kualitas hidup akan dikorbankan. Anak-anak kehilangan ruang belajar, orang tua kehilangan ruang pribadi. Ini tidak adil.” tegasnya.

Masalah lainnya, lahan tidak pernah benar-benar habis, hanya terkonsentrasi. Ia mendorong agar pajak progresif diterapkan untuk tanah tidur dan idle land yang dikuasai korporasi atau individu.

“Masyarakat butuh rumah. Tanah ada. Tapi akses terhadap tanah dan pendanaan itu yang timpang. Kalau tidak segera ditata, ini bom waktu sosial,” tambahnya.

Georgius juga menyinggung pentingnya membangun rumah sesuai konteks lokal. Tidak bisa ada satu ukuran untuk semua. “Arsitektur harus menyerap kearifan lokal. Rumah di Aceh harus beda dengan di Maluku. Kita ini negeri kepulauan artinya kearifan lokal jangan ditinggalkan,” katanya.

Dengan segala kompleksitasnya, Georgius menilai penyediaan rumah rakyat harus dilandasi visi keadilan spasial. “Minimal 30% dari zona permukiman harus dialokasikan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Kalau tidak, akan terjadi segregasi sosial yang makin lebar.” pungkasnya.***

Share219Tweet137Share55

Trending

Arsitek Ingatkan Rumah 18 Meter Persegi Tak Manusiawi
Nasional

Arsitek Ingatkan Rumah 18 Meter Persegi Tak Manusiawi

18 menit ago
ITB Susur Alam dan Limbah Jadi Karya Seni
Pendidikan

ITB Susur Alam dan Limbah Jadi Karya Seni

5 jam ago
KAI Suguhkan Balon Jumbo, Jogja Makin Instagramable!
Gaya Hidup

KAI Suguhkan Balon Jumbo, Jogja Makin Instagramable!

6 jam ago
SPMB Tahap I Jabar 2025: 210 Ribu Siswa Diterima
Pendidikan

SPMB Tahap I Jabar 2025: 210 Ribu Siswa Diterima

20 jam ago
Tiket Diskon KAI Terjual 1 Juta, Relasi Favorit Padat
Ekbis

Tiket Diskon 30 Persen, Daop 2 Kebanjiran Penumpang

23 jam ago
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Kota Bandung
  • Jawa Barat
  • Hukrim
  • Pendidikan
  • Gaya Hidup
  • Ragam