Bandung, BandungOke.com – Suara ombak tak lagi sekadar irama alam di pesisir utara Jawa. Ia kini membawa pesan duka dan kecemasan.
Melalui film dokumenter “Matra Pantura”, EIGER Films menyelami luka-luka ekologis dan sosial yang menganga di garis pantai Pulau Jawa, wilayah yang perlahan hilang ditelan abrasi, eksploitasi, dan perubahan iklim.
Lebih dari sekadar tontonan, film ini adalah peringatan. Disutradarai dengan pendekatan visual yang puitis namun menghantam, “Matra Pantura” merekam kepiluan warga pesisir yang kehilangan rumah, lahan, dan harapan.
“Kami ingin mengangkat suara-suara yang selama ini tercecer oleh narasi pembangunan,” ujar Yudi Ahmad Tajudin, produser eksekutif film ini dikutip, Sabtu, (28/6/2025)
EIGER, yang selama ini dikenal sebagai brand perlengkapan outdoor, menjadikan medium film sebagai alat advokasi. Melalui EIGER Films, mereka menghidupkan kembali semangat dokumenter sebagai instrumen kritik sosial—tajam dan tak berkompromi.
Garis Pantai yang Menghilang
Di banyak wilayah seperti Demak, Pati, dan Pekalongan, garis pantai telah mundur lebih dari satu kilometer dalam dua dekade terakhir. Rumah-rumah tenggelam, tambak menjadi rawa air asin. Tapi ironisnya, pembangunan tetap dijalankan seakan tanpa konsekuensi.
“Ini bukan bencana alam semata, ini bencana kebijakan,” ujar Rika Astari, peneliti lingkungan yang terlibat dalam riset film ini. Ia menuding proyek reklamasi dan eksploitasi sumber daya pesisir sebagai akar pergeseran ekologi yang brutal.

Layar sebagai Panggung Perlawanan
Film ini tak sekadar menyorot kehancuran; ia juga menampilkan resistensi. Masyarakat nelayan dan petambak dihadirkan sebagai subjek—bukan objek penderita. Mereka bicara, menuntut, melawan.
“Matra Pantura” menegaskan bahwa perubahan iklim bukan sekadar narasi global—ia nyata, hadir di halaman rumah warga pesisir. Dalam sinematografi yang intens dan narasi yang menggugah, film ini membuka ruang bagi publik untuk merenung sekaligus bertindak.
Film ini telah diputar dalam sejumlah pemutaran komunitas dan mendapat sambutan hangat dari aktivis, jurnalis, hingga akademisi. “Kita butuh lebih banyak film seperti ini: berani, jujur, dan berpihak,” ujar Gita Novalina, peneliti media dan budaya.
Kisah Pesisir adalah Kisah Kita Semua
“Matra Pantura” bukan sekadar film dokumenter. Ia adalah ajakan untuk menyadari bahwa nasib pesisir bukan hanya urusan masyarakat pantai—melainkan gambaran masa depan kita semua di tengah krisis iklim global.
Seperti pantai yang terus tergerus, ketidakpedulian pun bisa mengikis masa depan generasi mendatang. Lewat film ini, EIGER Films menyerukan perubahan: agar kita tak lagi menunggu pantai terakhir hilang untuk mulai peduli.***






