Bandung, BandungOke.com — Holding Industri Pertahanan milik negara, DEFEND ID, mengklaim mencatat kinerja solid sepanjang tahun 2024.
Di bawah komando Direktur Utama Prof. Joga Dharma Setiawan, Ph.D, holding yang membawahi PT Len Industri, PT Pindad, PT Dahana, PT PAL Indonesia, dan PT Dirgantara Indonesia itu menyampaikan laporan keuangan yang tampak kinclong dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar 30 Juni lalu di Jakarta.
Namun di balik parade capaian dan jargon sinergi, pertanyaan besar menyeruak, seberapa dalam transformasi yang benar-benar terjadi di tubuh industri pertahanan nasional ini?
Len, yang kini berada di bawah pengelolaan PT Danantara Aset Manajemen (DAM), bersama Kementerian BUMN sebagai pemegang saham seri A, menarasikan langkah ini sebagai strategi untuk memperluas jejaring bisnis dan memperkuat kolaborasi.
Namun tak sedikit pihak yang menilai, pergeseran struktur ini belum sepenuhnya menjawab akar persoalan seperti kompleksitas manajemen antar anak usaha yang masih bergerak di relnya masing-masing.
“Capaian KPI strategis kami tahun ini mencerminkan komitmen dan sinergi antarlini,” ujar Joga, merujuk pada indikator keuangan seperti kenaikan EBITDA dan pendapatan konsolidasi. Jumat (4/5/2025)
Tapi ia sendiri mengakui dinamika dan tantangan operasional berbeda di masing-masing anak perusahaan, yang mengharuskan penyesuaian strategi cepat.
DEFEND ID boleh berbangga dengan pencapaian kontrak baru, terutama di lini Naval Platform & Shipbuilding yang mendominasi. Namun tetap ada catatan penting: dominasi satu lini menunjukkan belum meratanya kontribusi strategis dari entitas lain.
Di tengah geliat geopolitik dan tekanan kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam negeri, ketidakseimbangan ini berpotensi memperlemah kemandirian industri pertahanan nasional yang dicanangkan Presiden.
Holding ini memang tengah berbenah. Salah satu langkah yang dipuji pemegang saham adalah inisiatif membentuk komite tata kelola terintegrasi untuk memperkuat sistem pengawasan dan akuntabilitas.
Tapi hingga kini, belum tampak gebrakan besar dari sisi inovasi teknologi maupun keberanian ekspansi ke pasar luar negeri yang kerap dijadikan tolok ukur industri pertahanan global.
Dengan rating keuangan BBB+/Stable, DEFEND ID tampaknya masih bermain aman. Padahal, industri strategis seperti ini menuntut lompatan visi, bukan sekadar bertahan dalam zona nyaman. Apalagi dana publik dan mandat negara ada di pundaknya.
Kinerja 2024 bisa jadi fondasi, namun tantangan ke depan jelas menuntut lebih dari sekadar angka-angka. Persoalan tata kelola, pengembangan SDM, hingga orientasi ekspor, akan jadi uji nyali berikutnya.
DEFEND ID dituntut menjawab bukan hanya di ruang rapat, tapi juga di pasar dan arena geopolitik yang makin tak menentu.***






