BANDUNG. BandungOke.com – Bandung sudah kehabisan tempat buang sampah. Produksi harian mencapai 1.500 ton, dan 40 persen di antaranya tak tertangani.
Di tengah krisis pengelolaan itu, Pemerintah Kota Bandung menggandeng Universitas Islam Bandung (Unisba). Seremonial penandatanganan kerja sama digelar, berlabel Tridarma Perguruan Tinggi.
Tapi publik bertanya, apakah ini solusi konkret atau sekadar pelampiasan tanggung jawab?
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyebut kerja sama itu sebagai “langkah strategis”. Ia sadar betul kota yang dipimpinnya sudah berada di ujung tanduk dalam urusan sampah. “Kami sudah tak punya lagi tempat buang. Ini bukan cuma soal teknologi, tapi cara pikir,” katanya. Rabu (9/7/2025)
Farhan menaruh harapan besar pada kampus untuk mencarikan jalan keluar. Tapi publik mafhum, kampus bukan kontraktor kebersihan. Mereka menghasilkan gagasan, bukan mengangkut karung-karung plastik dari TPS liar. Sementara itu, tumpukan sampah terus menggunung di pinggiran kota.
Unisba, melalui Rektor Prof. Edi Setiadi, mengaku siap menyumbangkan riset dan rekayasa sosial untuk membantu. Tapi dari kerja sama ini, belum tampak bentuk nyata program di lapangan. Alih-alih terjun langsung, hasil kerja sama itu masih sebatas teks di kertas MoU.
Program lawas seperti Kang Pisman yang digagas era Wali Kota Oded M. Danial ikut disinggung. Tapi tak ada penyegaran strategi atau pembaruan pendekatan. Kang Pisman justru stagnan di sebagian besar RW yang semestinya jadi basis edukasi.
Dengan situasi TPA yang nyaris lumpuh dan volume sampah terus bertambah, Pemkot tampaknya lebih sibuk mengatur seremoni ketimbang menghadirkan sistem. Padahal persoalan ini bukan baru muncul kemarin sore.
Kolaborasi akademik dan pemerintahan tentu dibutuhkan. Tapi jika kampus dipanggil hanya untuk mendandani kegagapan pemerintah menangani sampah, maka urusan ini akan makin ruwet.***