Bandung, BandungOke – Pengumuman hasil Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahap 2 untuk jenjang SMA, SMK, dan SLB di Provinsi Jawa Barat resmi dirilis pada Rabu (9/7/2025) pukul 15.00 WIB.
Di tengah sorotan publik terhadap pemerataan akses pendidikan, data terbaru menunjukkan bahwa dari 837.115 lulusan SMP/MTs tahun ini, hanya 338.091 siswa yang berhasil masuk ke sekolah negeri.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Purwanto, menyebut bahwa daya tampung SMA dan SMK negeri di provinsi ini mencapai 317.302 kursi. Namun, dalam dua tahap seleksi, hanya 294.100 siswa yang diterima. Angka ini kemudian bertambah menjadi 338.091 siswa setelah memasukkan peserta dari program Penanggulangan Anak Putus Sekolah (PAPS) sebanyak 43.991 siswa.
Kebijakan PAPS menjadi “penyelamat” karena memberi peluang kedua bagi anak-anak yang terancam putus sekolah. program ini menjadi bukti negara hadir memberikan solusi bagi anak usia sekolah di Jawa Barat yang belum terakomodasi oleh sistem pendidikan reguler.
Sisa Kuota dan Ketimpangan Akses
Meski jumlah pendaftar mencapai 569.085 siswa, tercatat 23.202 kursi sekolah negeri tidak terisi. Menurut Purwanto, hal ini disebabkan oleh dua faktor utama: kurangnya jumlah pendaftar di sejumlah wilayah dan banyaknya siswa yang tidak memenuhi syarat seleksi.
Namun, dari total lulusan tahun ini, 268.031 siswa bahkan tidak mendaftar sama sekali ke sistem PPDB. Ini menimbulkan pertanyaan serius: apa yang menghalangi mereka dari mengakses pendidikan menengah?
“Masih ada sekolah swasta dan lembaga pendidikan di bawah Kementerian Agama yang dapat menjadi alternatif,” ujar Kadisdik.
Akan tetapi dengan jumlah sebesar itu, masalah pemerataan dan daya jangkau pendidikan kembali menjadi sorotan.
Ajakan untuk Tetap Melanjutkan Pendidikan
Kadisdik menyampaikan ucapan selamat kepada siswa yang diterima di sekolah negeri dan mendorong mereka segera melakukan daftar ulang.
Sementara bagi yang belum berhasil, Purwanto menekankan pentingnya semangat melanjutkan pendidikan.
“Jangan berputus asa. Masih banyak pilihan untuk tetap sekolah,” ujarnya.
Dalam situasi pendidikan yang semakin kompetitif dan terbatasnya daya tampung sekolah negeri, peran sekolah swasta dan program alternatif seperti PAPS menjadi semakin penting untuk mengurangi angka anak yang putus sekolah di Jawa Barat.***
Editor : Deni Surya






