“Pakar ITB Ingatkan Kita Tak Bisa Andalkan Keberuntungan Tiap Kali Tsunami Datang”
Bandung, BandungOke – Indonesia masih gemar bicara mitigasi bencana, tapi pelaksanaannya tertatih. Setidaknya itu tercermin dari perbandingan mencolok dengan Jepang yang jauh lebih sigap.
Gempa Kamchatka menjadi peringatan bahwa Indonesia belum benar-benar siap menghadapi potensi tsunami besar.
Menurut Prof. Dr. Irwan Meilano dari ITB, Jepang patut dijadikan rujukan karena memiliki sistem peringatan dini berbasis sensor tekanan laut.
“Sensor ini bisa mendeteksi tsunami sebelum menyentuh garis pantai. Bahkan ada sistem berbasis pasut di tepi pantai yang memperkuat akurasi peringatan,” ujarnya, Kamis (31/7/2025)
Sementara itu, sistem peringatan di Indonesia masih banyak mengandalkan pemodelan matematis dan kurang pengamatan langsung. Padahal waktu adalah segalanya dalam mitigasi tsunami. “Kita seringkali bereaksi, bukan berantisipasi. Dan itu berbahaya,” ujar Irwan tegas.
Belajar dari Jepang, Bertindak untuk Indonesia
Respons Jepang terhadap gempa Kamchatka dinilai cepat, presisi, dan sistemik. Irwan berharap Indonesia bisa mencontoh model mitigasi bencana negara tersebut—tidak sekadar meniru alat, tapi juga sistem dan pola edukasi masyarakat pesisir.
Ia juga menggarisbawahi bahwa sistem peringatan dini bukan sekadar proyek alat canggih, tapi investasi keselamatan jangka panjang. “Indonesia perlu keseriusan politik, anggaran, dan riset lokal agar sistemnya menyentuh akar masalah. Kita tak bisa berharap tsunami selalu datang dengan sopan,” ujarnya menohok.
Peringatan Irwan menggarisbawahi urgensi yang selama ini tenggelam dalam rutinitas birokras, bahwa kesiapsiagaan tak bisa menunggu bencana berikutnya. Karena begitu sirine tsunami berbunyi, yang terlambat bukan hanya kehilangan waktu—tapi bisa kehilangan nyawa.***
Editor : Deny Surya