Bandung, BandungOke.com – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) tampaknya tak ingin terus bergantung pada pasar pesawat militer. Lewat divisi Aircraft Services (ACS), perusahaan pelat merah ini terus mengembangkan sayap ke sektor general aviation dan komersial melalui layanan Maintenance, Repair & Overhaul (MRO) yang lebih terintegrasi.
Langkah ekspansi ini tidak hanya memperluas cakupan layanan teknis, tetapi juga mengukuhkan posisi PTDI sebagai pemain strategis dalam industri MRO nasional. Berbagai jenis pekerjaan kini ditangani: modifikasi struktural, pengecatan ulang (new livery paint), perawatan besar seperti C-Check, hingga refurbishment kabin dan penggantian kursi pesawat.
Tak hanya itu, kolaborasi strategis dengan GMF AeroAsia mempertegas ambisi PTDI dalam memperbesar porsi pasar MRO domestik yang selama ini banyak dinikmati negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, hingga Australia.
“Saat ini, kami sedang mengerjakan C-Check untuk Airbus A320 Citilink, hasil kerja sama dengan GMF. Ini jadi pijakan awal memperluas cakupan klien, terutama untuk armada narrow body,” ujar Daud Zaini, Kepala Divisi Perawatan, Pusat Perakitan dan Modifikasi PTDI.
Ambisi Lokal, Langkah Global
Perusahaan yang bermarkas di Bandung ini kini melayani tidak kurang dari 50 pelanggan lintas tiga benua. Dari pengecatan ulang private jet Boeing Business Jet (BBJ) dan Gulfstream G450/G550, hingga perawatan pesawat Airbus A319 milik Aero Dili, PTDI memosisikan diri sebagai alternatif MRO regional dengan kualitas berstandar global.
Dengan fasilitas berlisensi AMO dan DOA dari DKPPU, serta sistem ISO 9001 dan AS/EN 9110, PTDI juga tengah membidik otorisasi internasional (foreign authority approval) untuk memperluas jangkauan ke pasar global yang lebih kompetitif.
Namun, jalan tidak sepenuhnya mulus. Indonesia masih tertinggal dalam kapasitas MRO kelas dunia, dan sebagian besar perawatan pesawat komersial maupun private jet dari Indonesia justru dialihkan ke luar negeri.
“Inilah tantangan yang ingin kami jawab. Indonesia adalah negara kepulauan yang butuh solusi perawatan pesawat sendiri. Kami ingin jadi bagian dari solusi itu,” lanjut Daud.
Kualitas Tanpa Kompromi
Seluruh pekerjaan ACS PTDI dijalankan oleh teknisi bersertifikat dengan komitmen penuh terhadap kualitas dan keselamatan. Daud menegaskan, kualitas layanan adalah harga mati, bukan sekadar janji.
Melalui langkah ini, PTDI bukan hanya mengejar perluasan bisnis, melainkan turut memacu kemandirian industri dirgantara nasional yang selama ini tertinggal. “Kami ingin mengubah lanskap industri perawatan pesawat di Indonesia,” pungkasnya.***
Editor : Deny Surya