Jakarta. BandungOke – Pulihnya denyut mobilitas nasional tak hanya tampak di jalan raya atau bandara, tapi juga terasa di jalur rel. PT Railink mencatatkan capaian yang patut dicatat: sebanyak 4 juta penumpang menggunakan layanan kereta api bandara sepanjang Januari hingga Juli 2025.
Angka ini melonjak 30,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 3,1 juta penumpang.
Bagi publik, angka ini mungkin hanya statistik. Namun bagi pelaku transportasi, capaian ini mencerminkan satu hal yang lebih mendasar: kembali tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap moda transportasi publik yang nyaman, terintegrasi, dan tepat waktu.
“Kami menyambut baik peningkatan jumlah penumpang ini sebagai indikator positif atas kepercayaan masyarakat,” ujar Ayep Hanapi, Manager Komunikasi Perusahaan PT Railink. Kamis (7/8)
“Capaian ini menjadi energi baru bagi kami untuk terus melakukan inovasi dan meningkatkan pelayanan.”
Rel-Rel yang Kembali Sibuk
Yang paling menonjol adalah rute KA Srilelawangsa di Medan. Layanan dari Medan ke Binjai, Kuala Bingai, serta Araskabu hingga Kualanamu menyumbang 2,4 juta penumpang—naik hampir 58 persen dari tahun sebelumnya. Angka yang mencerminkan kebangkitan moda rel di Sumatera Utara.
Sementara itu, di wilayah tengah Jawa, KA Bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA)—baik reguler maupun YIA Xpress—juga menunjukkan geliat positif. Sebanyak 1,6 juta penumpang tercatat selama tujuh bulan pertama 2025, naik tipis dari 1,5 juta penumpang pada 2024.
Di balik angka-angka itu, terdapat narasi yang lebih dalam: kereta bandara mulai kembali dipercaya, bukan hanya sebagai alternatif, tapi sebagai pilihan utama perjalanan cepat ke bandara. Bukan hanya murah dan nyaman, tapi bebas macet dan sesuai jadwal. Dua hal yang makin langka di kota-kota besar Indonesia.
Momentum Pascapandemi dan Libur Lebaran
Railink menyebutkan bahwa lonjakan penumpang juga didorong oleh meningkatnya mobilitas publik, khususnya menjelang dan sesudah Lebaran serta libur sekolah. Kondisi ini mempertegas bahwa transportasi rel bandara mampu merespons kebutuhan dinamis masyarakat urban—baik dalam perjalanan bisnis, keluarga, maupun wisata.
Namun PT Railink tak ingin terlena. Dalam pesannya, manajemen menghimbau penumpang untuk tetap bijak dalam merencanakan perjalanan.
“Pemesanan tiket lebih awal sangat disarankan. Dan tentu saja, perhatikan waktu tempuh ke bandara. Minimal dua jam sebelum jadwal penerbangan domestik, dan tiga jam untuk internasional,” ujar Ayep.
Mendorong Peradaban Transportasi
Kenaikan ini bukan hanya soal naiknya penumpang. Ini soal optimisme. Soal peradaban yang dibangun lewat rel dan stasiun. Ketika masyarakat mulai kembali melirik transportasi publik yang terjadwal rapi, maka di sanalah letak harapan terhadap masa depan mobilitas kota—yang lebih teratur, efisien, dan manusiawi.
Railink sedang menjalani momentum penting. Pertumbuhan ini harus dijaga, bukan dengan euforia, melainkan dengan peningkatan kualitas layanan yang konsisten dan berkelanjutan.






