Bandung, BandungOke – Di sebuah turunan curam di pintu masuk Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, deru roda tanpa mesin akan kembali terdengar. Lomba Kereta Peti Sabun (LKPS) XII, agenda tahunan yang digelar Daya Masyarakat Sunda (Damas), bersiap menguji nyali, kreativitas, dan kekompakan para peserta.
Ketua Panitia LKPS XII, Dindon Saefudin Alma, menegaskan bahwa tahun ini ajang ini hadir dengan sentuhan baru yakni kategori khusus untuk pelajar SMK dan sederajat.
“Kategori ini dibuat agar persaingan lebih fair dan terbuka. Tahun ini akan lebih kreatif dan menarik,” ujarnya, Sabtu (9/8/2028)
Tidak hanya adu kecepatan, LKPS juga membuka lomba desain digital untuk umum. “Kami ingin mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk berkreasi. Kereta peti sabun bukan sekadar kendaraan, tapi simbol kreativitas dan kebersamaan,” tambah Dindon.
Dari Jalan Kota ke Ajang Resmi
Kereta peti sabun bukan barang baru di Bandung. Tradisi balap kendaraan tanpa mesin ini sudah muncul sejak era 1970-an, ketika anak-anak di berbagai sudut kota merakit “mobil” dari kayu, bantalan bola, dan roda bekas.
Saat itu, lomba berlangsung spontan di jalan-jalan menurun, dengan penonton yang berjejer di pinggir jalan.
Menurut adrie harsala, ketua koord race LKPS XII, sejak tiga tahun terakhir, LKPS resmi masuk dalam calendar event Kota Bandung, menjadikannya bagian dari atraksi budaya dan rekreasi warga.
Dukungan pemerintah kota dan sponsor membuat lomba ini lebih tertata, dengan lintasan aman namun tetap menantang.
Lintasan Ekstrem Sabuga
Lokasi lomba tahun ini turunan ekstrem pintu masuk Sabuga dari arah Tamansari dipilih bukan tanpa alasan.
Selain memanfaatkan gravitasi secara maksimal, lintasan ini memiliki tikungan tajam yang menguji teknik kemudi dan keberanian pembalap.
“Oleh karenanya, kami mengingatkan kepada para peserta untuk memperkuat sistem pengereman, dan perlengkapan balap yang memenuhi standar keselamatan,” ujarnya.
Perlombaan dibagi dua kategori utama: Race, adu cepat berdasarkan kelompok usia, dan Fun Race, yang menilai keunikan desain dan kekompakan tim. Sementara lomba desain digital mencari konsep kereta peti sabun terbaik, yang mungkin akan diwujudkan di masa depan.
Menyatukan Kreativitas dan Ekonomi Lokal
Dindon berharap LKPS tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga wadah kolaborasi kreatif antara pelajar, komunitas, UMKM, dan sponsor. “Dengan terjadwalnya LKPS, peserta akan semakin banyak dan terorganisir. UMKM juga bisa ikut meramaikan, sehingga manfaatnya terasa bagi warga,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Korps Alumni Daya Mahasiswa Sunda (KADAMAS), Aim Nursalim Saleh, punya visi lebih jauh. Ke depan, ia ingin menggelar LKPS per divisi, di mana setiap kota/kabupaten mengirimkan wakil untuk bertanding di tingkat provinsi.
“Kita ingin LKPS menjadi ajang kebanggaan daerah,” ujarnya.
Pendaftaran Masih Dibuka
Panitia membuka pendaftaran hingga dua hari sebelum lomba melalui situs resmi LKPS. Rencana lomba akan berlangsung bersamaan dengan gelaran Pasar Seni ITB pada 4 – 5 Oktober 2025.
Hingga berita ini diturunkan, peserta sudah mulai mendaftar di berbagai kategori dan panitia menargetkan 60 peserta bisa ikut lomba ini.
Ajang ini diperkirakan akan kembali menyedot perhatian ribuan penonton, seperti tahun-tahun sebelumnya.***