Jakarta, BandungOke.com – Tuberkulosis (TB) tak lagi sekadar isu kesehatan domestik. Dengan angka lebih dari satu juta kasus dan 130 ribu kematian per tahun, Indonesia menempati posisi kedua dunia setelah India. Posisi ini membuat Indonesia berada dalam sorotan badan-badan kesehatan internasional, mulai dari WHO hingga The Global Fund.
Situasi ini menciptakan dinamika geopolitik kesehatan yang kian kompleks. TB kini menjadi salah satu indikator kekuatan sistem kesehatan publik di mata dunia, memengaruhi kepercayaan investor, peringkat indeks ketahanan kesehatan global, hingga posisi tawar Indonesia dalam kerja sama internasional.
Dalam Diskusi Publik “Bagaimana Pengelolaan Penanganan TBC yang Ada di Indonesia” yang digelar Yayasan Tujuh Delapan (78) Agung di Jakarta, Jumat, 8 Agustus 2025.
Komisaris Bio Farma, dr. Relly Reagen, menegaskan perlunya percepatan tindak lanjut kerja sama strategis Presiden Prabowo Subianto dan Bill Gates dalam pengembangan vaksin TBC. “Relawan TBC perlu dibentuk di zona merah, mulai dari Jakarta Timur, Surabaya, Bandung, Makassar, Papua, hingga wilayah pedesaan,” kata Reagen. dikutip Senin (11/8)
Direktur Pemasaran Bio Farma, dr. Kamelia Faisal, menuturkan bahwa perusahaan pelat merah ini mengusung tiga strategi utama: kemandirian diagnostik TB, produksi vaksin Bacillus Calmette-Guerrin (BCG) untuk imunisasi dasar anak, dan riset vaksin generasi terbaru untuk TB resisten obat. Kolaborasi dengan Becton Dickinson dan Serum Institute of India menjadi bagian dari peta jalan ini.
Namun, di balik strategi itu, ada kepentingan global yang ikut bermain. Percepatan pengembangan vaksin TB di Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan memperkuat posisi negara dalam rantai pasok kesehatan dunia. Sebaliknya, kegagalan mengendalikan TB bisa membuat Indonesia menjadi episentrum penyebaran penyakit, dengan konsekuensi diplomatik, ekonomi, dan kesehatan yang luas.
Pengamat hubungan internasional, ASM Romli mencatat bahwa kerja sama dengan figur seperti Bill Gates bukan hanya soal transfer teknologi, tetapi juga diplomasi kesehatan (health diplomacy) yang memengaruhi citra Indonesia di forum global. Dalam kerangka SDGs dan target eliminasi TB dunia pada 2030, langkah Bio Farma akan ikut menentukan reputasi Indonesia sebagai mitra yang andal atau justru sebagai negara yang tertinggal dalam respons kesehatan publik.***