Bandung, BandungOke.com — Delapan puluh tahun Indonesia merdeka, tapi masih banyak warga yang belum merdeka dari kebiasaan nekat menerobos palang pintu perlintasan kereta api.
Di Jalan Laswi, Kota Bandung, Sabtu (16/8), pemandangan itu kembali ditegaskan: disiplin di perlintasan masih jadi pekerjaan rumah besar bangsa.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung dan KAI Commuter Area 2 Bandung bersama Dishub, Satpol PP, kepolisian, hingga Jasa Raharja turun ke jalan. Mereka membagi imbauan keselamatan kepada pengendara yang kerap abai pada tanda sirene.
“Kedisiplinan di perlintasan adalah bentuk kecintaan pada bangsa dan penghormatan terhadap keselamatan jiwa,” ujar Kuswardojo, Manager Humasda KAI Daop 2 Bandung. Sabtu (16/8/2025)
Namun di lapangan, fakta berbicara lain. Palang pintu yang ditutup masih kerap dilompati, sirene yang meraung masih dianggap angin lalu.
Kecelakaan di perlintasan sebidang tetap saja berulang, dan alasan masyarakat selalu sama: terburu-buru. Ironis, semangat kemerdekaan yang diagungkan justru runtuh di detik-detik penyeberangan.
Sosialisasi lintas instansi ini menjadi alarm keras: nasionalisme bukan sekadar kibaran bendera atau nyanyian lagu wajib. Nasionalisme diuji saat pengendara berani berhenti, menahan diri, dan memberi jalan bagi kereta api yang melintas.
“Kalau masih ada yang nekat menerobos, artinya nasionalisme kita sedang sakit,” tegas Kuswardojo.***






