Bandung, BandungOke.com – Setiap perjalanan kereta api selalu menyimpan cerita. Dentum roda besi di atas rel, lengkung jembatan tua yang anggun, hingga stasiun bersejarah dengan arsitektur kolonial yang masih tegak berdiri.
Kini, cerita-cerita itu diundang untuk diabadikan dalam sebuah lomba foto yang digelar PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung.
Mengusung tema “Kereta Api dan Arsitektur”, kompetisi ini menjadi bagian dari perayaan HUT ke-80 KAI. Tidak sekadar lomba, melainkan ruang bagi masyarakat untuk menyalurkan kecintaan pada dunia fotografi, juga pada wajah perkeretaapian Indonesia.
“Melalui lomba ini, kami berharap masyarakat dapat mengabadikan keindahan kereta api maupun arsitektur yang melekat dalam perjalanan perkeretaapian, dengan tetap mengedepankan keselamatan dan ketertiban,” ujar Kuswardojo, Manager Humasda KAI Daop 2 Bandung.
Lomba yang berlangsung pada 5–20 September 2025 ini membuka pintu selebar-lebarnya. Kamera DSLR, pocket, mirrorless, bahkan ponsel dan drone, semuanya sah digunakan. Bagi KAI, yang penting adalah sudut pandang unik, kepekaan rasa, dan kepiawaian membekukan momen.
Hadiah senilai Rp 5 juta dan voucher tiket kereta api memang menggiurkan. Namun lebih dari itu, ada sesuatu yang lebih abadi: kesempatan menjadikan karya sebagai bagian dari catatan sejarah perkeretaapian Indonesia.
KAI Group berhak menggunakan karya pemenang untuk publikasi dan promosi, tentu dengan tetap mencantumkan nama fotografer.
Di balik ajang ini, terselip upaya KAI membangun kedekatan dengan masyarakat. Bukan hanya sebagai penyedia transportasi, tetapi juga penjaga warisan budaya yang hidup di sepanjang lintasan rel.
Stasiun-stasiun lama, jembatan, dan peron tua adalah saksi perjalanan bangsa yang tak kalah penting dari kereta api itu sendiri.
Mungkin, di antara ratusan karya yang kelak terkumpul, ada satu foto yang merekam senyum penumpang di jendela, lengkung rel yang memeluk bukit, atau bayangan matahari sore di dinding stasiun tua.
Foto yang kelak bukan hanya menangkan hadiah, tapi juga mengikat rasa: bahwa kereta api dan arsitektur adalah bagian dari ingatan kolektif kita.***






