Jakarta, BandungOke.com – Anggota Komisi I DPR RI, Nurul Arifin, menyoroti kurikulum Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI yang dinilai masih berfokus pada strategi perang konvensional.
Nurul mendesak agar aspek perang hibrida dan pertahanan siber masuk lebih dalam dalam pendidikan perwira tinggi TNI.
“Kalau kita tidak peduli dengan perubahan, perubahan itu akan meninggalkan kita,” kata Nurul di BandungOke dari Antara. Sabtu (13/9/2025)
Menurutnya, Sesko TNI selama ini memang melahirkan perwira unggul dengan kurikulum komprehensif. Namun, dunia pertahanan tak lagi sekadar soal militer klasik. Perang modern kini juga melibatkan aktor non-negara, isu-isu ekonomi, hingga lingkungan.
“Perang hibrida bukan hanya konflik antarnegara, tetapi juga dipengaruhi aktor non-politis. Bahkan, serangan kini bergerak ke ranah teknologi dengan alat-alat siber,” ucap Nurul.
Ia menekankan, cyber defense telah menjadi kekuatan baru yang menentukan daya tahan suatu negara. Karena itu, ia menilai perwira TNI perlu dibekali wawasan global dan keterampilan diplomasi, mengingat perubahan geopolitik dunia yang semakin dinamis.
Nurul menambahkan, Indonesia memiliki modal besar sebagai negara dengan populasi muslim terbesar sekaligus negara demokrasi yang kokoh. Dua hal ini diyakininya dapat memperkuat posisi Indonesia di percaturan global, jika didukung sumber daya pertahanan yang adaptif terhadap perkembangan zaman.***






