close
RCAST.NET
HOT
BandungOKE
No Result
View All Result
BandungOKE
No Result
View All Result

Orang Utan Pulang ke Kalimantan: Bayangan Luka di Balik Rehabilitasi

by admin
17 September 2025 - 08:12
Orang Utan Pulang ke Kalimantan: Bayangan Luka di Balik Rehabilitasi

Penajam, BandungOke.com – Dua orang utan, Mungky dan Dodo, akhirnya tiba di Pulau Kelawasan, Kabupaten Penajam Paser Utara, setelah bertahun-tahun hidup dalam kurungan manusia.

Di balik momen emosional ini, tersimpan potret buram lemahnya pengawasan satwa liar di Indonesia.

RelatedPosts

KA Lodaya Jadi Primadona Wisata Bandung–Solo, Terhubung dengan Whoosh dan Feeder

Penjualan Tiket Kereta Nataru Tembus 91,5 Persen, Sinyal Ekonomi Libur Akhir Tahun Menguat

AHY Tinjau Angkutan Nataru di Gambir, Kereta Api Jadi Tulang Punggung Mobilitas Masyarakat

Mungky, jantan berusia 24 tahun, pernah jadi peliharaan ilegal warga di Sanggau, Kalimantan Barat. Ia baru diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) pada 2014, setelah bujukan panjang petugas.

Sejak itu, ia menjalani rehabilitasi di Sintang Orangutan Center (SOC) lebih dari satu dekade. Proses pemulangannya ke habitat suaka melibatkan perjalanan darat dan udara, menegaskan betapa mahal dan rumitnya menebus kelalaian konservasi di hulu.

Berbeda dengan Mungky, Dodo mengalami kisah lebih getir. Diselamatkan dari pemeliharaan ilegal di Bogor pada 2008, ia menghabiskan 17 tahun hidup di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Cikananga.

Walau sehat secara medis, insting bertahannya lemah karena sejak lahir tak pernah mengenal hutan. Juli 2025 lalu, dengan dukungan logistik door-to-door KirimAja, Dodo menyusul Mungky ke Kalimantan.

Simbol Kegagalan Konservasi?

Kisah Mungky dan Dodo seolah jadi perayaan atas keberhasilan translokasi, tapi juga menghadirkan pertanyaan mendasar. Mengapa satwa yang dilindungi masih mudah diperdagangkan atau dipelihara warga? Mengapa butuh waktu belasan tahun hingga mereka benar-benar kembali ke habitat suaka?

Data BKSDA menunjukkan, kasus pemeliharaan ilegal orang utan bukan hal langka. Minimnya penegakan hukum membuat satwa-satwa ini terlambat diselamatkan, bahkan sebagian tak pernah bisa dilepasliarkan ke hutan.

Pulau suaka seperti Kelawasan akhirnya menjadi kompromi—antara memberi ruang hidup layak bagi orang utan, namun sekaligus pengakuan bahwa mereka tak lagi bisa hidup liar sepenuhnya.

“Translokasi ini bentuk nyata dukungan menjaga satwa langka tetap lestari,” kata Wakil Ketua YAD, S. Indrawati Djojohadikusumo.

Namun di luar pernyataan itu, publik layak bertanya: sampai kapan upaya konservasi hanya jadi reaksi setelah satwa jatuh ke tangan manusia?

Tags: bbksdakalimantan timurkonservasi satwaorang utanperdagangan ilegal satwatranslokasiyad
Share220Tweet138Share55

Trending

Di Balik Riuh Nataru, Dirut KAI Bobby Rasyidin Menyapa Petugas yang Menjaga Perjalanan Aman
Ragam

Di Balik Riuh Nataru, Dirut KAI Bobby Rasyidin Menyapa Petugas yang Menjaga Perjalanan Aman

14 jam ago
Sagara Madasari Hadirkan Sensasi Kuliner Pantai Pangandaran di Kota Bandung
Kota Bandung

Sagara Madasari Hadirkan Sensasi Kuliner Pantai Pangandaran di Kota Bandung

20 jam ago
Menjaga Hijau di Tengah Kota, Akankah Kebun Binatang Bandung Tetap Lestari
Kota Bandung

Menjaga Hijau di Tengah Kota, Akankah Kebun Binatang Bandung Tetap Lestari

22 jam ago
Pemkot Bandung Tinjau Pembangunan Krematorium PHDI, Simbol Kerukunan Umat
Kota Bandung

Pemkot Bandung Tinjau Pembangunan Krematorium PHDI, Simbol Kerukunan Umat

1 hari ago
Stasiun Tanjung Balai Seabad Melayani, Urat Nadi Mobilitas Sumut
Kota Bandung

H+9 Nataru Bandung Padat Wisatawan, Stasiun Jadi Pusat Mobilitas Ekonomi Kota

2 hari ago
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Kota Bandung
  • Jawa Barat
  • Hukrim
  • Pendidikan
  • Gaya Hidup
  • Ragam