Jakarta, BandungOke.com – Di tengah euforia perayaan HUT ke-80, PT Kereta Api Indonesia (Persero) menjadikan KA Blambangan Ekspres sebagai simbol modernisasi sekaligus integrasi.
Dengan relasi Pasar Senen–Ketapang sejauh ±1.031 kilometer, kereta ini memegang rekor sebagai layanan terpanjang KAI, menyatukan kota-kota besar dari Jakarta hingga Banyuwangi, pintu gerbang Pulau Bali.
Relasi panjang ini tak sekadar soal angka. Jalur lintasan Blambangan Ekspres adalah miniatur Jawa dari hiruk pikuk Jakarta, denyut industri Surabaya, hingga eksotisme tapal kuda Banyuwangi.
Setiap stasiun pemberhentian memegang peran strategis—Cirebon dengan Ciayumajakuning, Semarang sebagai simpul pariwisata pantura, Probolinggo dengan akses menuju Bromo, hingga Jember yang menopang agrowisata.
Namun, di balik romantisasi perjalanan, fakta komersial tak bisa diabaikan. Data KAI menunjukkan lonjakan signifikan: dari 184 ribu penumpang pada Januari–Agustus 2023, menjadi 244 ribu pada periode yang sama 2024, lalu melejit hingga 363 ribu pada 2025.
Pertumbuhan hampir 50 persen ini menunjukkan kereta api semakin kokoh sebagai moda transportasi utama.
“Blambangan Ekspres kami posisikan sebagai koridor layanan yang mengikat Jabodetabek, Pantura, Kedungsepur, Gerbangkertosusila, hingga tapal kuda Banyuwangi dalam satu rangkaian. Dampaknya nyata: mobilisasi harian semakin mudah, pariwisata semakin terbuka, dan aglomerasi ekonomi makin terhubung,” ujar Anne Purba, VP Public Relations KAI dikutip Selasa (23/9/2025)
KAI pun membungkus perjalanan panjang ini dengan fasilitas modern: kursi ergonomis, AC, stop-kontak di tiap kursi, mushola, toilet ramah lingkungan, hingga layanan makanan-minuman. Sebuah paket lengkap yang mengemas perjalanan lintas Jawa bukan sekadar perpindahan, melainkan pengalaman.
Blambangan Ekspres akhirnya menjadi lebih dari sekadar kereta: ia adalah simbol integrasi ekonomi, jembatan sosial, dan wajah baru konektivitas Jawa.***