Bandung, BandungOke – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan angka pengangguran yang terus melambung di Jawa Barat menjadi perbincangan serius.
Bagi pengusaha, perkembangan teknologi menjadi faktor penekan, sementara buruh menyalahkan ketidaknyambungan dunia pendidikan dengan kebutuhan industri.
Perwakilan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Martin B. Candra, menyebut revolusi teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), mempercepat proses efisiensi perusahaan.
“Ini bukan masalah lokal, melainkan global. Teknologi berkembang cepat dan menggantikan banyak fungsi tenaga kerja,” katanya dalam Forum Dangiang Siliwangi dikutip Rabu (24/9/2025)
Namun, ia juga menyoroti masalah internal di Jabar. Birokrasi perizinan yang berbelit disebut menjadi penghambat utama masuknya investasi baru. Padahal, investasi segar sangat diperlukan untuk membuka lapangan kerja.
“Pengusaha butuh kepastian dan kemudahan, bukan regulasi yang berlapis,” ujarnya.
Dari sisi pekerja, aktivis buruh Azhar menuding ada jurang lebar antara sistem pendidikan dengan kebutuhan industri. “Koneksitas pendidikan dengan dunia kerja tidak nyambung. Akibatnya, lulusan sekolah tidak siap masuk pasar kerja,” katanya.
Ia menambahkan, buruh yang terkena efisiensi banyak beralih ke sektor nonformal, tapi itu hanya solusi sementara. “Kalau dibiarkan, Jabar akan punya angkatan kerja besar yang tak terserap, dan itu bahaya sosial,” tegas Azhar.
Kedua pihak sepakat bahwa solusi pengangguran Jabar tak bisa ditempuh dengan cara parsial.
Diperlukan political will pemerintah untuk menyelaraskan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri, memangkas regulasi yang menghambat investasi, serta memastikan program peningkatan kualitas sumber daya manusia benar-benar dijalankan.***