Bandung, BandungOke.com – Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menekankan pentingnya membangun budaya sadar risiko dalam setiap kebijakan dan program pembangunan kota.
Hal itu disampaikan saat membuka Executive Workshop Membangun Budaya Risiko melalui Manajemen Risiko Pemerintah Daerah di eL Hotel Bandung, Selasa, 30 September 2025.
Menurut Farhan, budaya risiko bukan hanya kewaspadaan, melainkan tata kelola yang teliti, akuntabel, dan siap menghadapi tantangan.
“Budaya risiko bukan tentang rasa takut, tetapi soal ketelitian dan kesiapan. Dengan manajemen risiko yang baik, kita bisa mencegah masalah baru di masa depan, termasuk potensi masalah hukum,” ujarnya.
Ia memastikan keberlanjutan program prioritas seperti Kang Pisman, Buruan Sae, dan Dapur Dahsat. Ketiga program berbasis masyarakat itu disebutnya harus berjalan simultan untuk mendukung ketahanan pangan, pengelolaan sampah, dan peningkatan kualitas lingkungan.
Inspektur Kota Bandung, Dharmawan, menambahkan bahwa manajemen risiko bukan sekadar prosedur administratif, melainkan budaya kerja baru. “Manajemen risiko adalah budaya yang proaktif, cerdas, dan berani berinovasi. Pimpinan perangkat daerah harus menjadi motor penggerak sekaligus pemilik risiko di unit kerjanya,” katanya.
Workshop ini ditargetkan melahirkan tiga capaian: komitmen kolektif dari pimpinan perangkat daerah, draf awal risiko prioritas kota untuk RKPD 2026, serta rencana aksi personal dari tiap pimpinan OPD.
Dengan langkah itu, Farhan berharap visi Bandung Utama Unggul, Terbuka, Amanah, Maju, dan Agamis bisa terwujud lebih kokoh.***