Bandung, BandungOke.com – Festival kuliner Le goût de France 2025 kembali hadir di Bandung.
Institut Français Indonesia (IFI) membungkusnya sebagai ruang edukasi gastronomi dengan sentuhan diplomasi budaya.
Namun, di balik aroma croissant dan cokelat praline, muncul pertanyaan: sejauh mana acara ini memberi ruang bagi kedaulatan kuliner lokal?
Christophe Dreyer, Direktur IFI Bandung, menegaskan bahwa “fondasi ilmu kuliner banyak berakar dari Prancis.” dikutip dari Bandung.go.id , Kamis (2/10)
Pernyataan ini sahih, tetapi juga menyimpan bias kolonial: apakah kuliner Indonesia hanya menjadi penerima, bukan subjek yang setara dalam pertukaran pengetahuan?
Kompetisi resep, workshop, dan film memang memperkaya pengetahuan masyarakat. Namun dominasi narasi “gastronomi Prancis sebagai pusat” tampak terlalu kuat.
Padahal, Bandung sendiri punya sejarah kuliner otentik—dari peuyeum hingga lotek—yang bisa diperkuat sebagai identitas.
Pekan Gastronomi ini layak diapresiasi, tetapi jangan sampai menjadi ajang glorifikasi satu bangsa.
Ia seharusnya menjadi dialog sejajar antara tradisi kuliner dunia dan lokal, bukan hanya ruang mengagungkan yang datang dari luar.***
Editor : Deny Surya