Jakarta, BandungOke.com — Perum Bulog tancap gas memperluas distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke seluruh pelosok negeri.
Langkah ini menjadi tameng utama pemerintah untuk menjaga ketersediaan stok, menekan inflasi, dan memastikan harga beras tetap terkendali di pasar.
“Kami memastikan SPHP terus dimasifkan melalui tujuh saluran distribusi utama agar masyarakat dapat merasakan langsung manfaatnya dalam bentuk harga beras yang lebih terjangkau,” ujar Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Mokhamad Suyamto, dikutip, Senin (6/10).
Langkah agresif Bulog ini terbukti manjur. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi September 2025 hanya sebesar 0,21 persen, bahkan beras yang biasanya jadi biang kenaikan harga mencatat deflasi 0,13 persen dengan andil negatif terhadap inflasi umum.
“Fakta bahwa beras justru berkontribusi negatif terhadap inflasi menunjukkan intervensi pemerintah lewat Bulog berjalan efektif,” tegas Suyamto.
Distribusi Masif, Hasil Nyata
Menurut Suyamto, keberhasilan ini tak lepas dari dua faktor: pasokan panen gadu yang melimpah dan program SPHP yang masif di lapangan.
Bulog mendistribusikan beras SPHP melalui tujuh jalur utama: pasar tradisional, ritel modern, Koperasi Desa Merah Putih (KDMP), Gerakan Pangan Murah (GPM), outlet BUMN pangan, Rumah Pangan Kita (RPK), dan jaringan komunitas lokal.
Hasilnya mencengangkan. Selama September 2025, Bulog menyalurkan 143.866 ton beras SPHP, naik 59 persen dibandingkan Agustus, sekaligus menjadi realisasi tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
“Ini rekor baru SPHP dan menjadi indikator bahwa program ini efektif menjaga pasokan dan harga beras di pasar,” kata Suyamto.
Capaian dan Target Nasional
Secara kumulatif, hingga 3 Oktober 2025, Bulog telah menyalurkan 462 ribu ton beras SPHP, atau 30 persen dari target nasional 1,5 juta ton untuk tahun berjalan.
Suyamto memastikan strategi ini akan terus diperkuat hingga akhir tahun, terutama menjelang momen Natal dan Tahun Baru, ketika permintaan pangan biasanya melonjak.
“Dengan stok cukup dan strategi distribusi yang tepat, kami optimistis tekanan harga beras menjelang akhir tahun 2025 dapat terkendali,” ujarnya.***