Purwakarta, BandungOke.com – Di tengah riuhnya wacana transisi energi global, cahaya matahari yang menimpa tenang permukaan Waduk Cirata, Purwakarta, ternyata menyimpan cerita besar.
Di sanalah, pemerintah Indonesia melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) bersama PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE) menyalakan harapan baru lewat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata yang kini menjadi kebanggaan di Asia Tenggara.
PLTS Terapung Cirata bukan sekadar proyek energi. Ia adalah simbol perubahan paradigma dari ketergantungan pada fosil menuju energi bersih, dari eksploitasi menuju harmoni.
Dimas Kaharudin Indra Rupawan, Presiden Direktur PMSE, menuturkan bahwa ide besar ini sudah bersemi sejak 2012, sebuah gagasan sederhana namun visioner bagaimana jika air waduk menjadi rumah bagi cahaya matahari untuk bekerja?
“Pemanfaatan energi fosil di Indonesia masih sekitar 87 persen. Dengan agenda Net Zero Emission 2060, kami melihat tenaga surya sebagai masa depan,” ujar Dimas kepada awak media dikutip Kamis (9/10)
Masa Depan Itu Kini Bersinar Terang di Cirata.

Dengan investasi senilai 144 juta dolar AS atau sekitar Rp2 triliun, PLTS Terapung Cirata berdiri gagah di atas waduk yang tenang, mengubah setiap pantulan sinar matahari menjadi listrik yang mengalir ke rumah-rumah dan industri di Jawa Barat.

Namun kisah Cirata tidak berhenti di sana. Kehadiran panel-panel surya di atas permukaan air ternyata membawa dampak ekologis yang menarik, ekosistem waduk menjadi lebih stabil.
Koloni ikan bawal dan patin tumbuh subur di bawah naungan panel-panel itu terlindung dari teriknya matahari langsung sehingga mendapatkan ekosistem yang lebih teduh dan nyaman untuk berkembang biak.
Di sela teknologi tinggi dan angka-angka investasi, Cirata juga menyimpan keajaiban tersembunyi, air yang memberi kehidupan kini juga menyimpan energi kehidupan.
Bagi PLN dan pemerintah Indonesia, ini bukan sekadar proyek, tapi langkah nyata menuju Indonesia hijau. Melalui sinergi dengan Uni Emirat Arab, PLTS Cirata menjadi model percontohan bagi proyek serupa yang akan dikembangkan di Karangkates (Jatim), Tembesi (Batam), hingga dua titik lain di Jawa Barat yakni Saguling dan Jatigede.
“Ini bukan akhir, tapi awal dari revolusi energi bersih di negeri tropis ini,” kata Dimas menutup pembicaraan dengan nada optimistis.
Dan harapan itu kini terus bertumbuh, di bawah langit Cirata, sinar matahari kini bukan hanya menghangatkan air waduk namun ia menyalakan masa depan Indonesia dengan ekosistem hijau yang lebih baik.***






