Bandung, BandungOke – Langit Bandung di bulan Oktober akan menjadi saksi perayaan lintas budaya yang mengalun dalam gerak, irama, dan cahaya.
Bandung Isola Performing Arts Festival (BIPAF) 2025 kembali digelar di kompleks heritage Villa Isola Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), menghadirkan semangat multicultural yang menjadi tema utama tahun ini.
Festival seni pertunjukan tahunan ini bukan sekadar ajang pementasan, melainkan ruang dialog dan perjumpaan antara seniman, pendidik, dan komunitas kreatif dari berbagai negara.
Sebanyak 13 penampil dari lima negara Indonesia, China, Jepang, Malaysia, dan India akan membawakan karya-karya inovatif yang menafsir ulang batas-batas budaya melalui bahasa tubuh, teater tari, dan pertunjukan kontemporer.
“Tahun demi tahun, BIPAF hadir bukan sekadar sebagai festival, tetapi sebagai ruang perjumpaan lintas budaya dan lintas generasi, tempat di mana gagasan, nilai, dan ekspresi seni saling menyapa,” ujar Dr. Ayo Sunaryo, M.Pd., Direktur BIPAF 2025 dalam keterangan resminya, Kamis (23/10/2025)

Ia menambahkan, tema Multicultural tahun ini menjadi napas utama festival, sebuah ajakan untuk merayakan perbedaan sebagai kekuatan kreatif, bukan sebagai batas pemisah.
“Melalui kehadiran 13 penampil dari lima negara, kita menyaksikan bagaimana setiap karya lahir dari konteks budaya yang unik namun berbicara dalam bahasa yang sama: bahasa gerak, irama, dan makna,” lanjutnya.
BIPAF 2025 dirancang dalam format panggung outdoor dengan latar megah Villa Isola, bangunan bersejarah yang merepresentasikan identitas kampus dan jejak kolonial yang kini dihidupkan kembali dalam konteks pendidikan dan seni.
Melalui program showcase, pitching, dan diskusi bersama para direktur festival dari berbagai negara, BIPAF menjadi jembatan antara seniman lokal dan internasional untuk membangun jejaring kolaboratif.
“Di bawah langit Villa Isola yang sarat sejarah, festival ini menjadi laboratorium hidup bagi seniman dan peneliti untuk mengeksplorasi hubungan antara seni, pendidikan, dan kemanusiaan,” tutur Dr. Ayo.
Festival ini diinisiasi oleh Program Studi Pendidikan Seni Sekolah Pascasarjana UPI bersama BIPAF Community. Selama dua hari, 22–23 Oktober 2025, pengunjung akan disuguhkan paduan karya tari dan teater yang menembus batas formal pendidikan, menjadikan seni sebagai medium pembelajaran dan refleksi sosial.

Lebih jauh, BIPAF diharapkan menjadi katalisator bagi tumbuhnya ekosistem industri kreatif seni pertunjukan di Indonesia.
“Saya percaya, BIPAF bukan hanya mempersembahkan pertunjukan, tetapi juga menghadirkan proses belajar yang mendalam, mempertemukan akademisi dan praktisi, lokalitas dan globalitas, tradisi dan inovasi. Inilah esensi dari Performing Arts for Humanizing Education — menjadikan seni sebagai wahana refleksi, kolaborasi, dan transformasi,” tutup Dr. Ayo.***






