YOGYAKARTA, BandungOke — Suasana Balai Yasa Yogyakarta pada Rabu (22/10) terasa berbeda. Sekitar 200 insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) berkumpul bukan untuk membahas urusan teknis atau operasional, melainkan untuk Ngalcer (Ngobrol tentang Culture) sebuah forum internal yang digagas KAI untuk memperkuat budaya kerja dan semangat kolaborasi di lingkungan Daop 6 dan Balai Yasa Yogyakarta.
Dalam sambutan daringnya, Direktur SDM dan Kelembagaan KAI, Atih Nurhayati, menekankan bahwa budaya perusahaan adalah fondasi dari seluruh kinerja dan loyalitas pekerja.
“Budaya kerja yang kuat membentuk karakter, disiplin, dan ketulusan dalam melayani. Dari budaya yang sehat lahir kinerja berkelanjutan dan pelayanan yang semakin berkualitas,” ujar Atih dalam keterangan resminya, Kamis (24/10/2025)
Atih menautkan kegiatan ini dengan semangat ulang tahun ke-80 KAI bertema Semakin Melayani. Ia menilai, tema itu bukan sekadar slogan, melainkan refleksi tekad perusahaan untuk terus mempercepat inovasi dan memperkuat budaya pelayanan.
“Setiap Insan KAI berperan penting menjaga semangat ‘Semakin Melayani’. Budaya kerja yang solid memperkuat kinerja, mempererat kolaborasi, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat,” kata Atih.
Ngalcer dikemas santai, menghadirkan sesi diskusi interaktif seputar penerapan nilai-nilai budaya, etika komunikasi digital, dan refleksi pengalaman sehari-hari di tempat kerja. Forum ini menjadi wadah terbuka bagi pekerja untuk menyampaikan ide, berbagi inspirasi, serta memperkuat komunikasi positif antarunit.
Yogyakarta, Simpul Pertumbuhan dan Kolaborasi KAI
Di sela kegiatan, Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, mengungkapkan bahwa Yogyakarta menjadi salah satu simpul layanan utama KAI di Pulau Jawa. Hingga September 2025, total pelanggan Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) di Daop 6 mencapai 9,8 juta orang, mencerminkan peran penting kota budaya ini dalam konektivitas antarkota dan perekonomian.
“Selain kota tujuan wisata, pertumbuhan ini juga didorong oleh mobilitas komuter serta konektivitas antarkota seperti Yogyakarta–Solo–Surabaya dan layanan KA Bandara YIA yang terus meningkat,” ujar Anne.
Layanan Commuter Line Yogyakarta–Solo mencatat 6,62 juta pelanggan selama Januari–September 2025, tumbuh 13,11% dibandingkan tahun sebelumnya. KA Prameks dan KA Bandara YIA juga menunjukkan tren positif, sementara KA Bandara Adi Soemarmo (BIAS) mencatat lonjakan luar biasa sebesar 532,3%, berkat perpanjangan rute hingga Stasiun Caruban.
Tak hanya penumpang, sektor logistik di Daop 6 juga mencatat pertumbuhan. Volume angkutan barang naik 17%, mencapai 253.420 ton, didorong oleh pengiriman BBM, barang paket, dan komoditas industri lainnya.
“Peningkatan ini menunjukkan kepercayaan industri terhadap KA sebagai moda logistik efisien, aman, dan berkelanjutan,” jelas Anne.
Balai Yasa Yogyakarta, Jantung Inovasi Teknis KAI
Beroperasi sejak 1914, Balai Yasa Yogyakarta menjadi tulang punggung pemeliharaan lokomotif, KRD, dan KRL nasional. Dengan luas 12,88 hektar, fasilitas ini telah mengantongi sertifikasi ISO 9001:2015, ISO 14001:2015, dan ISO 45001:2018.
“Balai Yasa Yogyakarta adalah jantung teknis KAI. Di sinilah standar keandalan dan keselamatan dijaga lewat kerja para teknisi dan engineer yang terus berinovasi,” kata Anne.
Pada Juli 2025, Balai Yasa meluncurkan Lokomotif CC 201 8916 dengan sistem digitalisasi baru—mulai dari TFT Display hingga fault diagnostic system—untuk meningkatkan efisiensi dan presisi perawatan.
Tak hanya unggul secara teknis, Balai Yasa juga menjadi langganan penghargaan nasional, termasuk Juara Umum Innovator Internal Award (IIA).
Melalui forum Ngalcer, KAI ingin menegaskan satu hal: inovasi dan kinerja tak lahir dari ruang rapat semata, tapi dari budaya kerja yang hidup di seluruh lini.
“Budaya perusahaan menjadi penuntun bagi setiap Insan KAI. Ketika nilai kerja dijalankan konsisten, hasilnya tercermin dalam kualitas layanan yang semakin baik,” tutup Anne Purba.***
Editor : Deny Surya






