Bandung, BandungOke — Aroma ubi rebus dan jagung hangat menyambut penumpang di Stasiun Bandung, Jumat (24/10).
Di tengah hiruk pikuk perjalanan, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung bersama KAI Services menghadirkan suasana yang berbeda berbagi pangan lokal untuk memperingati Hari Pangan Sedunia 2025.
Tak ada kemewahan dalam perayaan ini, hanya meja sederhana berisi pisang, ubi, jagung, dan kacang rebus, makanan yang akrab di meja makan masyarakat pedesaan.
Tapi di balik kesederhanaannya, ada pesan kuat tentang ketahanan pangan dan kemandirian lokal.
Kepala Daerah Operasi 2 Bandung, Dicky Eka Priandana, mengatakan kegiatan ini menjadi bentuk nyata dukungan KAI terhadap semangat Hari Pangan Sedunia yang tahun ini mengusung tema “Bergandengan Tangan untuk Makanan yang Lebih Baik dan Masa Depan yang Lebih Baik.”
“Melalui kegiatan sederhana ini, kami ingin mengajak masyarakat lebih menghargai sumber daya pangan lokal, khususnya di Jawa Barat. Makanan bergizi tidak harus mahal. Rebusan adalah alternatif pangan pokok yang sehat, ramah lingkungan, dan mendukung ketahanan pangan lokal,” ujarnya.
Para penumpang KA Parahyangan yang menunggu keberangkatan tampak antusias menikmati sajian tersebut. Di sela suapan kacang rebus, beberapa penumpang mengaku teringat suasana kampung halaman.
Bagi sebagian besar, kegiatan ini bukan sekadar berbagi makanan, tetapi juga membangkitkan memori budaya pangan Indonesia.
Selain berbagi makanan, KAI Daop 2 Bandung juga mengajak pelanggan untuk menjaga kebersihan area stasiun dan mendukung keberlanjutan lingkungan.
Menurut Dicky, ketahanan pangan tidak bisa dipisahkan dari perilaku hidup yang bertanggung jawab terhadap alam.
“Kami berharap generasi muda terutama di perkotaan bisa lebih mengenal bahan pangan lokal pengganti nasi yang enak, murah, dan sehat. Semoga kegiatan ini menginspirasi masyarakat untuk terus menjaga ketahanan pangan lokal,” pungkasnya.
Di tengah modernisasi transportasi dan perubahan pola konsumsi masyarakat, aksi sederhana ini menjadi pengingat bahwa ketahanan pangan nasional sesungguhnya bisa tumbuh dari akar budaya: dari rebusan yang diwariskan nenek moyang, dari dapur rumah yang menjaga bumi.
Editor : Deny Surya






