Bandung, BandungOke – Pemerintah Kota Bandung kembali menebar umpan investasi. Melalui Investor Day Road to Bandung Investment Summit 2025 di Jakarta.
DPMPTSP memasarkan sejumlah proyek strategis, infrastruktur transportasi, pengolahan sampah, pasar tradisional, hingga rumah sakit tipe C.
Kepala DPMPTSP Eric M. Athauriq menegaskan bahwa strategi ini bertumpu pada reformasi berkelanjutan: dampak ekonomi, sosial, hingga lingkungan harus sejalan.
Gagasannya impresif, tapi publik menuntut transparansi bagaimana skema investasi dijalankan? bagaimana risiko ditanggung? apakah birokrasi daerah siap menghindari hambatan?
Wali Kota Farhan menyebut sektor pendidikan sebagai prospek besar. Bandung memang punya keunggulan dalam ekosistem kampus. Namun, sektor pendidikan bukan sekadar lahan investasi. Lebih jauh ia memerlukan regulasi ketat agar layanan tidak sekadar dikomersialkan.
Farhan juga menjanjikan kepastian hukum bagi pelaku usaha. Janji ini tidak baru, dan belum sepenuhnya terbukti. Iklim investasi masih dibayang-bayangi persoalan klasik mulai dari birokrasi berbelit, kepastian lahan abu-abu, hingga tarik ulur regulasi pusat-daerah.
Kementerian Investasi menawarkan insentif fiskal, mulai tax holiday hingga super tax deduction. Insentif ini menggiurkan, tetapi apakah Pemkot mampu memastikan sinkronisasi di lapangan—terutama soal perizinan yang selama ini rawan tersandung prosedur panjang?
Investor Day diisi presentasi proyek serta sesi one-on-one meeting. Pertemuan langsung itu berpotensi mempercepat kesepakatan. Namun, rekam jejak serupa pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan eksekusi proyek tak selalu mulus. Banyak yang berakhir mandek karena ketiadaan pembebasan lahan, tarik ulur pendanaan, atau perubahan politik.
Promosi wajib dilakukan. Tapi, tanpa pembenahan mendasar pada tata kelola investasi, Investor Day hanya akan menjadi etalase cantik yang sulit dikerjakan di lapangan.
Bandung menjual mimpi besar. Tantangannya adalah memastikan mimpi itu lahir, bukan sekadar poster.***
Editor : Deny Surya






