Bandung, BandungOke – Empat bulan revitalisasi, Alun-alun Bandung bersiap kembali menyapa wargi. Ruang publik yang menjadi ikon kota itu kini rampung 100 persen secara fisik dan memasuki tahap akhir pembersihan. Pertengahan Desember, area yang sempat ditutup sementara ini akan kembali hidup.
Plt. Kepala Bidang Pertamanan dan Dekorasi DPKP Kota Bandung, Yuli Ekadianty, menyebut bahwa konsep dasar alun-alun tetap dipertahankan. Rumput sintetis yang menjadi identitas visualnya tidak berubah. Namun sejumlah fasilitas pendukung disempurnakan—lebih tertata, lebih nyaman, dan lebih aman.
Salah satu fokus pembaruan adalah fasilitas untuk penyandang disabilitas. Selama ini, jalur masuk bagi pengguna kursi roda belum ideal. Kini jalur akses yang lebih manusiawi sudah disiapkan, memungkinkan mereka merasakan ruang utama alun-alun tanpa hambatan.
Perbaikan drainase juga menjadi prioritas. Genangan air yang sering muncul saat hujan membuat kawasan tidak nyaman. Dengan saluran pembuangan baru, air akan mengalir lebih cepat, menjaga pengunjung tetap aman dan kering.
Tempat duduk tambahan tersedia di pinggir area rumput sintetis, agar orang tua tak harus ikut masuk ke area bermain. Ada pula rak penyimpanan sepatu yang mendorong keteraturan. Sementara itu, pagar alun-alun diperkuat untuk menjaga alur keluar-masuk tetap teratur dan rapi.
Namun di tengah revitalisasi, DPKP mencatat kasus-kasus pengrusakan taman di beberapa titik kota—mulai dari pencurian kabel hingga pompa air. Yuli mengingatkan masyarakat agar menjaga ruang publik bersama.
“Kalau ruang publik kita bagus, masyarakat sendiri yang menikmatinya. Jadi mari jaga, jangan rusak,” ujarnya.
Kini, Alun-alun Bandung tak hanya kembali; ia hadir dengan standar kenyamanan dan aksesibilitas yang lebih tinggi. Sebuah ruang berbagi yang diperbaiki untuk dinikmati semua, tanpa terkecuali.***






