Bandung, BandungOke – Di tengah cuaca ekstrem yang melanda berbagai wilayah, sektor pertanian Jawa Barat justru membawa kabar baik.
Nilai Tukar Petani (NTP) pada November 2025 mencatat kenaikan menjadi 116,15, tumbuh 0,28 persen dibanding Oktober yang berada di angka 115,83. Kenaikan ini berasal dari peningkatan Indeks Harga diterima Petani (It) sebesar 0,40 persen, meski Indeks Harga dibayar Petani (Ib) juga naik 0,12 persen.
Fungsional Statistisi Ahli Madya BPS Jawa Barat, Ninik Anisah, menegaskan bahwa seluruh subsektor memiliki kontribusi positif. “Kenaikan NTP ini merupakan andil dari kenaikan semua subsektor pertanian pada November 2025,” ujar Ninik dalam rilis resmi BPS dikutip Senin (1/12/2025)
Subsektor tanaman pangan tumbuh 0,08 persen, hortikultura 0,04 persen, perkebunan rakyat 0,16 persen, dan peternakan 0,39 persen. Kabar baik juga datang dari subsektor perikanan yang meningkat 0,35 persen, dengan subsektor nelayan naik 0,18 persen dan subsektor pembudidayaan ikan naik 0,41 persen.
NTUP Meningkat, Biaya Produksi Turun
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) turut menguat menjadi 119,83, naik 0,68 persen dibanding Oktober yang berada pada level 119,02. Penguatan NTUP ini didorong naiknya It sebesar 0,40 persen, sementara Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) justru turun 0,27 persen, memberikan ruang lega bagi pelaku usaha tani.
Harga Beras di Penggilingan Turun Serentak
Di sisi lain, penurunan signifikan terjadi pada komoditas beras. Harga beras premium di penggilingan turun 3,08 persen menjadi Rp13.284 per kilogram, sementara beras medium turun 3,13 persen menjadi Rp12.886 per kilogram.
“Sehingga secara rata-rata harga beras di penggilingan November 2025 senilai Rp13.085, atau turun 3,06 persen dibandingkan Oktober 2025,” kata Ninik.
Kombinasi kenaikan pendapatan petani, penurunan biaya usaha, serta koreksi harga beras memberi indikator positif bagi sektor pertanian Jawa Barat. Meski cuaca ekstrem masih menjadi ancaman, stabilitas harga dan penguatan daya beli petani menunjukkan ketahanan sektor pangan yang relatif terjaga.***
Editor : Deny Surya






