Jakarta, BandungOke – Menjelang puncak mobilitas masyarakat pada Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, PT Kereta Api Indonesia (Persero) kembali memainkan peran penting dalam menjaga kestabilan pasokan energi nasional.
Melalui layanan angkutan batu bara yang menjadi tulang punggung suplai PLTU di Jawa dan Bali, KAI memastikan listrik tetap menyala saat seluruh aktivitas masyarakat mencapai titik padat sepanjang akhir tahun.
Sepanjang Januari–November 2025, KAI mencatat pergerakan 52,7 juta ton batu bara—tumbuh 4,3 persen dibanding periode yang sama pada 2024. Angka ini bukan sekadar statistik, tetapi indikator kesigapan logistik rel dalam menopang kebutuhan energi 158 juta penduduk yang sangat bergantung pada keandalan listrik di dua pulau terpadat Indonesia.
Vice President Corporate Communication KAI Anne Purba menegaskan bahwa angkutan batu bara berbasis rel memiliki keunggulan yang tak tergantikan. Setiap rangkaian kereta barang mampu membawa hingga 30 gerbong berkapasitas 42 ton. Efisiensi ini membuat moda rel tetap menjadi opsi paling stabil dan tepat waktu untuk suplai energi.
“Melalui operasional yang konsisten dan perencanaan jangka panjang, KAI terus menjadi mitra strategis dalam menjaga pasokan energi yang mendukung aktivitas ratusan juta masyarakat,” kata Anne dikutip Kamis (4/12/2025)
Di balik angka besar itu, ritme distribusi energi bekerja tanpa henti. Listrik yang dihasilkan PLTU memasok penerangan rumah tangga, aktivitas UMKM, proses belajar-mengajar, hingga layanan kesehatan. Setiap rangkaian batu bara yang tiba di pembangkit pada waktunya berarti menjaga produktivitas masyarakat tetap bergerak.
Kunci lainnya adalah efektivitas jalur rel. Terbebas dari kemacetan dan memiliki prioritas perjalanan, kereta barang memastikan waktu tempuh lebih stabil.
Alih moda distribusi dari jalan raya ke rel juga membantu merawat infrastruktur jalan sekaligus menekan potensi macet akibat truk angkutan berat.
Untuk periode Nataru, KAI menjalankan penjadwalan presisi dan koordinasi intensif dengan operator pembangkit. Tujuannya jelas: memastikan tidak ada gangguan pasokan pada masa konsumsi listrik tertinggi di akhir tahun.
Upaya ini juga menjadi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan dalam memperkuat ketahanan energi nasional.
Ke depan, KAI menyiapkan peningkatan kapasitas angkutan barang dengan target pertumbuhan 15 persen pada 2029. Terminal Tarahan II di Sumatera Selatan diproyeksikan menambah kapasitas 18 juta ton batu bara, sementara pengembangan fasilitas Kertapati akan menambah sekitar tujuh juta ton.
Momentum Nataru menjadi ajang pembuktian: moda rel tetap menjadi tulang punggung logistik energi Indonesia. Dan di balik ritme perjalanan kereta yang tak pernah berhenti, ada komitmen besar KAI menjaga cahaya tetap menyala bagi jutaan masyarakat.***






