Bandung, BandungOke – Menjelang puncak arus Angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026, Den Haag uap dan baja di jalur selatan Jawa kembali dipacu lebih dini.
Di Daop 2 Bandung, rangkaian agenda tahunan itu tampil seperti ritual wajib: inspeksi jalur, pengecekan jembatan tua peninggalan kolonial, dan pengetesan sistem persinyalan yang menjadi nadi pergerakan kereta api.
Namun tahun ini, pemeriksaan dilakukan lebih intens, lebih rinci, seolah ada pesan sunyi bahwa cuaca ekstrem tak boleh diabaikan.
EVP Daop 2 Bandung, Hendra Wahyono, turun langsung ke lintasan. Dari rel lurus yang terpanggang matahari di Padalarang sampai jembatan rawan di jalur Priangan, setiap baut dan bantalan mendapat perhatian.
PT KAI menuntut jalur yang “prima”, istilah internal yang berarti nol toleransi terhadap risiko. Nataru tak mengenal kompromi.
Manajer Humas Daop 2 Bandung, Kuswardojo, menyebut pemeriksaan ini sebagai bagian dari “tanggung jawab moral”. Dalam konferensi kecil di Bandung, ia menyatakan bahwa keamanan dan keselamatan pelanggan selalu menjadi prioritas.
“Kami melakukan pengecekan intensif agar seluruh prasarana berada pada kondisi terbaiknya. Pelanggan harus merasa tenang saat bepergian,” ujarnya. Jumat (5/12/2025)
Tak hanya memeriksa, Daop 2 juga mengerahkan pasukan ekstra—petugas prasarana yang disiagakan di Daerah Pantauan Khusus (Dapsus). Di titik rawan longsor, banjir, tanah bergerak hingga jembatan yang menua, mereka berjaga dengan radio dan lampu sinyal. Tugasnya: mendeteksi dini gangguan dan menjadi garda pertama mitigasi risiko.
Koordinasi lintas instansi juga ditingkatkan. Pemerintah daerah, aparat keamanan, hingga jaringan penanggulangan bencana lokal dirapatkan untuk memastikan ritme perjalanan kereta api tetap stabil selama libur panjang. Daop 2 ingin memastikan bahwa masyarakat menikmati perjalanan yang bukan hanya aman dan selamat, tetapi juga nyaman.
Menutup penjelasannya, Kuswardojo menyampaikan optimisme: “Dengan seluruh persiapan yang dilakukan, kami berharap masyarakat dapat menikmati perjalanan dengan kereta api sebagai moda transportasi yang aman, tepat waktu, dan nyaman.”
Di jalur-jalur yang melingkari Bandung, persiapan Nataru telah menjadi denyut tersendiri. Rel-rel tua memantulkan cahaya, sinyal menyala bersih, dan petugas berjaga sepanjang malam—sebuah kerja senyap yang tak terlihat penumpang, tetapi menentukan nasib ribuan perjalanan.***






