Bandung, BandungOke — Di tengah meningkatnya mobilitas antarkota, KA Lodaya relasi Bandung–Solo Balapan muncul sebagai salah satu moda favorit perjalanan wisata dan ekonomi lintas wilayah.
Sepanjang Januari–November 2025, 644.336 pelanggan tercatat menggunakan layanan ini — angka yang menunjukkan konsistensi minat publik terhadap rute penghubung Jawa Barat–Jawa Tengah.
Layanan Lodaya kini dioperasikan dengan rangkaian Stainless Steel New Generation. Interior lebih lapang dan stabilitas perjalanan yang halus membuat perjalanan menengah hingga jauh terasa lebih senyap dan nyaman — menjadikannya pilihan rasional bagi wisatawan keluarga dan pekerja mobilitas tinggi.
Keunggulan Lodaya tak hanya pada rute panjangnya, melainkan pada konektivitas antarmoda. Pelanggan dapat merangkai perjalanan dengan KA Feeder Bandung–Padalarang untuk terhubung ke kereta cepat Whoosh menuju kawasan Jabodetabek. Dalam satu rangkaian perjalanan, penumpang bisa menikmati ragam vibes kota — Bandung, Yogyakarta, Klaten, hingga Solo.
Sebaliknya, wisatawan dari Jakarta dapat berangkat melalui Whoosh, transit di Padalarang, melanjutkan ke Bandung, lalu meneruskan perjalanan ke Jawa Tengah menggunakan Lodaya. Skema ini menciptakan alur perjalanan berlapis: cepat di jalur utama, dan ekonomis di jalur lanjutan.
Sepanjang 2025, layanan Whoosh telah melayani 5,58 juta pelanggan. Integrasi Whoosh–Feeder–Lodaya tak hanya memperluas pilihan mobilitas, tetapi juga menghidupkan ekonomi sekitar stasiun, mulai dari UMKM, penginapan, hingga sektor layanan wisata.
Menurut Anne Purba, Lodaya bukan sekadar moda transportasi, melainkan bagian dari ekosistem perjalanan yang memadukan mobilitas, pengalaman lintas kota, dan penguatan ekonomi lokal.
Dalam lanskap transportasi modern, konektivitas menjadi kata kunci — dan Lodaya berdiri di tengahnya, mengikat kota-kota ekonomi wisata dalam satu perjalanan kereta.***






