Bandung, BandungOke — Pemerintah Kota Bandung memastikan rangkaian perayaan Natal 2025 berlangsung aman dan khidmat. Wali Kota Bandung Muhammad Farhan meninjau sejumlah gereja dari timur hingga barat kota, ditemani unsur Forkopimda dan Forkopimcam.
Di permukaan, pengamanan berjalan tertib. Namun di balik patroli dan penyapaan, Natal tahun ini kembali menyingkap wajah Bandung sebagai kota yang terus bernegosiasi dengan ruang toleransi publik.
Farhan menyebut kehadirannya bukan hanya sebagai kepala daerah, melainkan “tetangga yang memastikan ibadah berjalan tanpa gangguan”. Ucapan ini menjadi penanda: keamanan ibadah masih bergantung pada kehadiran simbolik negara, bukan semata pada sistem pengelolaan keamanan yang terukur dan berkelanjutan.
Peninjauan dilakukan menyeluruh — dari Gedebage hingga Cimindi, dari kawasan pusat hingga sekitar Balai Kota. Bandung ingin memastikan pesan yang sama: Natal harus berlangsung damai, sederhana, dan berfokus pada keluarga.
Namun pertanyaannya: apakah keamanan ini telah menjadi kebijakan struktural, atau sekadar ritual pengawalan tahunan?
Di tengah mobilitas libur akhir tahun, koordinasi lintas sektor memang berjalan. Tapi kebutuhan jangka panjang lebih besar dari sekadar patroli.
Kota memerlukan: tata kelola keamanan rumah ibadah yang lebih partisipatif,
transparansi standar pengamanan lintas wilayah,
serta kebijakan ruang publik yang inklusif tanpa basis seremoni.
Bandung kembali lolos dari potensi gesekan sosial. Tetapi pekerjaan berikutnya justru dimulai: membuat rasa aman tidak hanya hadir saat pejabat datang meninjau — melainkan melekat dalam kehidupan kota sehari-hari.***






