close
RCAST.NET
HOT
BandungOKE
No Result
View All Result
BandungOKE
No Result
View All Result

Dulu Jawara, Kini Nomor Tiga, Apa yang Salah di Jawa Barat?

by Adems
9 Juli 2025 - 22:40
NTP Petani Merosot, Wisatawan Asing Naik, Ekspor Melemah

Jakarta. BandungOke.com — Pernyataan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian awal pekan ini seolah menjadi tamparan halus—tapi telak—bagi Provinsi Jawa Barat.

Provinsi terpadat di Indonesia itu tak lagi bertengger di puncak kinerja pengelolaan keuangan daerah. Posisi puncak tahun ini direbut oleh Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara Jawa Barat, harus rela turun ke peringkat tiga.

RelatedPosts

KA Lodaya Jadi Primadona Wisata Bandung–Solo, Terhubung dengan Whoosh dan Feeder

Penjualan Tiket Kereta Nataru Tembus 91,5 Persen, Sinyal Ekonomi Libur Akhir Tahun Menguat

AHY Tinjau Angkutan Nataru di Gambir, Kereta Api Jadi Tulang Punggung Mobilitas Masyarakat

“Yang terbaik sekarang itu Yogyakarta,” ujar Tito dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Dikutip dari YouTube resmi Kemendagri, Kamis (10/7/2025).

Tito tak hanya menyampaikan angka, tapi juga pesan tajam. Yogyakarta disebutnya sebagai contoh ideal pendapatan tinggi, belanja juga tinggi, tetapi tetap menyisakan ruang cadangan.

Angka capaian Yogyakarta tak main-main, pendapatan 57 persen dari target dan realisasi belanja 41 persen. Ringkas, efektif, dan berdampak langsung pada masyarakat.

“Pendapatannya tinggi, sesuai target. Belanjanya uang beredar di masyarakat. UMKM-nya pasti hidup,” kata Tito, yang menyiratkan sindiran terselubung bagi provinsi lain yang masih berpuas diri.

Kejutan lainnya datang dari timur Indonesia yakni NTB. Di bawah kepemimpinan Gubernur Lalu Iqbal, provinsi ini justru meroket di tengah tantangan pasca tambang Newmont.

Pendapatan 46 persen dan belanja 39 persen menjadi bukti bahwa manajemen fiskal bisa rapi asal kemauan dan kepemimpinan ada.

“BKAD-nya bagus, Dispenda-nya juga. Eksekusinya rapi,” ujar Tito memuji.

Lalu, bagaimana dengan Jawa Barat?
Tak bisa dimungkiri, meskipun Tito menyebut kinerja Jabar “masih bagus”, posisi tiga bukanlah kebanggaan bagi provinsi yang sebelumnya digadang-gadang sebagai primadona pengelolaan anggaran.

Tito bahkan menyebut langsung Gubernur Dedi Mulyadi dalam komentarnya: “Jawa Barat dari kemarin nomor satu, sekarang nomor tiga. Tapi masih bagus, Kang Dedi ini.”

Pujian itu terdengar lebih sebagai penghiburan daripada penghargaan. Karena faktanya, penurunan peringkat ini harus dibaca sebagai sinyal peringatan. Ada yang tidak beres. Apakah karena lemahnya eksekusi belanja daerah? Apakah birokrasi terlalu lambat menyerap anggaran? Atau, jangan-jangan ada kekosongan visi fiskal jangka panjang?

Ironisnya, di tengah optimisme fiskal nasional, sejumlah provinsi justru mulai terduduk kelelahan.

Provinsi seperti Kepulauan Riau disebut Tito “sudah mepet” antara pendapatan dan belanja—hampir tak ada ruang bernapas. Lampung juga disebut harus berhati-hati karena cadangan fiskal yang makin menipis.

Tito juga mengingatkan tentang potensi bahaya dari minimnya cadangan. “Kalau ada bencana seperti banjir, cadangan yang minim akan jadi kendala. Mau tidak mau harus minta bantuan ke pusat,” ujarnya.

Pesan Tito jelas, pemimpin daerah tak hanya dituntut jago menyerap anggaran, tapi juga wajib cerdas menyisakan ruang untuk menghadapi risiko tak terduga. Dan tentu saja, harus mampu menjamin perputaran uang di masyarakat, bukan hanya sekadar mengejar angka.

Kini, pertanyaan menggantung, apakah Jawa Barat akan sekadar puas di posisi ketiga dan menghibur diri dengan “masih bagus”, atau justru menjadikan ini alarm untuk mengevaluasi total mesin fiskal mereka?

Karena, dalam dunia anggaran daerah, peringkat bukan sekadar prestise. Ia adalah cermin kepemimpinan.***

Editor : Deny Surya

Tags: Dedi Mulyadijawa baratMendagriPAD
Share222Tweet139Share55

Trending

Stasiun Tanjung Balai Seabad Melayani, Urat Nadi Mobilitas Sumut
Kota Bandung

H+9 Nataru Bandung Padat Wisatawan, Stasiun Jadi Pusat Mobilitas Ekonomi Kota

1 jam ago
10 Stasiun Favorit Wisman 2025: Yogya hingga Solo Balapan Ramai Turis Kereta
Jawa Barat

372 Ribu Pengguna Nataru, Commuter Line Bandung Perkuat Arus Wisata dan Urban Mobility

20 jam ago
Stasiun Bandung dan Kiaracondong Jadi Simpul Utama Nataru
Jawa Barat

Stasiun Bandung dan Kiaracondong Jadi Simpul Utama Nataru

21 jam ago
Bandung Terancam Krisis Sampah Januari, Pemkot Ajukan Tambahan Anggaran Rp90 Miliar
Kota Bandung

Bandung Terancam Krisis Sampah Januari, Pemkot Ajukan Tambahan Anggaran Rp90 Miliar

23 jam ago
Diduga Bom di Kosambi, Farhan Tegaskan Aparat Sudah Tangani Serius
Kota Bandung

Pengamanan Natal Bandung Diklaim Kondusif, Farhan Soroti Makna Kesederhanaan dan Ruang Toleransi

1 hari ago
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Kota Bandung
  • Jawa Barat
  • Hukrim
  • Pendidikan
  • Gaya Hidup
  • Ragam