close
RCAST.NET
HOT
BandungOKE
No Result
View All Result
BandungOKE
No Result
View All Result

Ular Biru Terakhir, Warisan Nusa Tenggara yang Menuju Kepunahan

by admin
12 Juli 2025 - 07:55
Ular Biru Terakhir, Warisan Nusa Tenggara yang Menuju Kepunahan

NTT, BandungOke.com – Di balik kanopi hutan kering Nusa Tenggara, seekor ular melingkar sunyi di dahan pohon lontar. Ia bukan sembarang reptil.

Tubuhnya yang berwarna biru elektrik mencolok, seolah potongan langit jatuh ke tanah.

RelatedPosts

Hidup Pekerja dan Satwa Berselimut Kabut, Kebun Binatang Bandung Disimpang Jalan

Ketika Konservasi Berubah Jadi Kriminalisasi, Tragedi Keluarga Bratakusumah

Kebun Binatang Bandung, Warisan yang Tergerus dari Kolonial ke Konflik Modern

Dialah Trimeresurus insularis—ular pohon berbisa, endemik Kepulauan Sunda Kecil, dan kini berada di ujung tanduk kepunahan.

Keindahan warnanya yang memesona justru menjadi kutuk, ia diburu karena eksotismenya.

Ditemukan di pulau-pulau eksotis seperti Komodo, Flores, dan Lembata, yang kita tahu ini adalah wilayah yang sama yang menjadi rumah bagi komodo si “naga terakhir dunia”, insularis menjadi sasaran empuk perburuan ilegal.

Tak sedikit yang memperdagangkannya demi pasar hewan eksotik internasional, sementara habitatnya terus terdesak oleh pembangunan, kebakaran hutan, dan perambahan.

Namun ironi terbesar justru datang dari kita sendiri. Hingga hari ini, Indonesia belum memiliki antivenom spesifik yang efektif untuk bisa ular ini. Padahal, racun Trimeresurus insularis tergolong kompleks dan bisa sangat berbahaya.

Dunia sains mulai membuka pintu lewat riset toksinologi dan fisiologi molekular, menawarkan potensi kolaborasi internasional. Tapi lagi-lagi, langkah Indonesia tertatih di belakang, seolah konservasi adalah urusan bangsa lain.

Di akar rumput, ada secercah harapan. Masyarakat adat di beberapa wilayah masih memegang teguh kepercayaan bahwa ular adalah makhluk keramat.

Di Lembata, misalnya, ular berbisa dianggap utusan leluhur. Keyakinan semacam ini bisa menjadi fondasi pendekatan konservasi berbasis kearifan lokal, pendekatan yang selama ini kurang disentuh oleh negara.

Sayangnya, pendekatan negara terhadap konservasi masih bersifat reaktif, bukan sistemik. Kita baru ribut setelah populasi menurun drastis atau ketika ada laporan viral.

Padahal, Trimeresurus insularis adalah indikator penting kesehatan ekosistem hutan kering Nusa Tenggara, habitat yang juga menopang rantai makanan berbagai spesies lain, termasuk komodo.

Keberadaan insularis bukan sekadar soal pelestarian satu spesies. Ia adalah simbol dari krisis ekologis yang lebih luas, ketidakmampuan kita menjaga rumah sendiri. Negeri ini terlalu sering terpikat keindahan namun abai pada tanggung jawab.

Jika tak segera bertindak dengan riset serius, penegakan hukum keras terhadap perdagangan ilegal, dan pelibatan masyarakat lokal secara bermakna, maka Trimeresurus insularis hanya akan tinggal sebagai foto di katalog sains, dan cerita sedih dalam lembaran sejarah konservasi Indonesia.***

Editor : Deny Surya

Tags: BerbisaNusa TenggaraUlar
Share221Tweet138Share55

Trending

Ekspor Jawa Barat Turun, Impor Naik pada Agustus 2025
Jawa Barat

Ekspor Jawa Barat Turun, Impor Naik pada Agustus 2025

31 menit ago
KAI Divre II Sumbar Kembali Imbau Masyarakat Waspada Penipuan Berkedok Rekrutmen
Nasional

KAI Divre II Sumbar Kembali Imbau Masyarakat Waspada Penipuan Berkedok Rekrutmen

2 jam ago
KAI Rajut Kebanggaan Nasional Lewat Batik di Kereta Api
Nasional

KAI Rajut Kebanggaan Nasional Lewat Batik di Kereta Api

3 jam ago
Alysco 2025, Festival Pendidikan atau Etalase Branding Sekolah?
Kota Bandung

Alysco 2025, Festival Pendidikan atau Etalase Branding Sekolah?

4 jam ago
Pekan Gastronomi Prancis di Bandung Pesta Kuliner atau Gastrodiplomasi?
Kota Bandung

Pekan Gastronomi Prancis di Bandung Pesta Kuliner atau Gastrodiplomasi?

6 jam ago
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Kota Bandung
  • Jawa Barat
  • Hukrim
  • Pendidikan
  • Gaya Hidup
  • Ragam