BANDUNG, BandungOke — Suara kemanusiaan bergema dari jantung Kota Bandung, saat ratusan tokoh agama, aktivis, advokat, dan akademisi berkumpul dalam acara bertajuk “Bandung untuk Palestina”.
Lebih dari sekadar aksi solidaritas, kegiatan ini menjadi pengingat bahwa penderitaan rakyat Palestina bukan semata isu agama, melainkan panggilan nurani kemanusiaan yang tak boleh dibiarkan sunyi.
Digelar pada Minggu (20/7/2025), kegiatan tersebut merupakan rangkaian aksi ketiga yang diprakarsai oleh sejumlah advokat dan lembaga kemanusiaan di Kota Bandung.
Dengan peserta mencapai lebih dari 1.700 orang jumlah tersebut melampaui target awal, menjadi salah satu bentuk gerakan akar rumput paling besar di tingkat kota yang mendukung kemerdekaan Palestina secara damai dan berkelanjutan.
“Kami para advokat terpanggil menyuarakan hak-hak rakyat Palestina. Ini bukan hanya berita di layar kaca. Ini soal hak hidup dan martabat manusia,” ujar Ketua Penanggung Jawab Kegiatan, Dr (c) Mohamad Ali Nurdin.
Ali Nurdin, yang juga menjabat sebagai Ketua Advocate Squad, menyampaikan bahwa tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di Palestina—terutama terhadap anak-anak, perempuan, dan lansia—harus menjadi perhatian masyarakat internasional.
Ia menegaskan pentingnya gerakan sipil yang mendorong diplomasi, kampanye kemanusiaan, dan penyadaran publik di Indonesia.
Gerakan Lintas Agama dari Kota Toleran
Kehadiran tokoh-tokoh dari berbagai organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), WALUBI, PGI, hingga Dewan Kemakmuran Masjid dari berbagai penjuru Bandung, menjadi simbol kekuatan solidaritas lintas iman yang selama ini terpendam.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Amin Nurjamin, SH, MH, menyebut Bandung sebagai kota yang sejak lama menjunjung tinggi nilai toleransi dan menjadi rumah bagi gerakan-gerakan moral.
“Hari ini kita menunjukkan bahwa dari Bandung, kita bisa bersatu untuk Palestina. Bukan soal agama, tetapi tentang keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan,” ungkap Amin.
Solidaritas itu juga mendapat sambutan khusus dari jurnalis asal Palestina, Ustaz Muhammad Husein, Lc. Ia menyempatkan hadir secara langsung, bahkan menunda keberangkatannya ke Mesir demi menyampaikan terima kasih dan apresiasi mendalam.
“Bandung bukan kota biasa. Kota ini punya sejarah perjuangan. Kehadiran saya di sini sebagai bentuk penghormatan kepada masyarakat Indonesia yang peduli pada Palestina,” ucap Husein, menahan haru.
Dari Empati Menuju Komitmen
Kegiatan ini tak berhenti pada simbol dan orasi. Di akhir acara, para tokoh yang hadir menandatangani dokumen pernyataan sikap bersama. Isinya mencakup komitmen dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina melalui jalur damai, hukum internasional, dan diplomasi kemanusiaan.
Ali Nurdin menegaskan bahwa dokumen tersebut akan disampaikan secara resmi kepada pemerintah pusat, termasuk kepada Presiden Republik Indonesia, sebagai bentuk nyata dari aspirasi rakyat Bandung.
“Kami ingin suara ini sampai. Ini bukan gerakan sesaat, melainkan bagian dari tanggung jawab moral warga negara terhadap perdamaian dunia,” tuturnya.
Lebih dari itu, acara ini juga menjadi ruang edukasi publik. Peserta diingatkan untuk menyikapi isu global secara kritis dan bijak, serta menghindari penyebaran informasi yang dapat merusak persatuan bangsa.
Langkah Simbolik di Jantung Sejarah
Sebagai penutup, seluruh peserta melakukan long march melewati Gedung Konferensi Asia Afrika, simbol sejarah perjuangan bangsa-bangsa tertindas.
Langkah ini bukan sekadar ritual, melainkan pernyataan moral: bahwa semangat solidaritas Bandung 1955 tetap hidup, kini bergema untuk Palestina.
Di tengah dunia yang semakin gaduh oleh kepentingan politik dan konflik, Bandung kembali menunjukkan jati dirinya. Kota ini tak sekadar menampung empati, tetapi merajutnya menjadi aksi nyata. Dan di sana, dalam semangat persaudaraan lintas batas, Palestina menemukan secercah harapan.***