Bandung, BandungOke.com — Meski inflasi di Jawa Barat tercatat masih dalam batas aman pada Juli 2025, dinamika ekonomi di provinsi ini memperlihatkan arah yang tidak seragam.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat menunjukkan inflasi tahunan sebesar 2,03 persen, sedangkan inflasi bulanan mencapai 0,30 persen.
Kota Cirebon mencatat inflasi tertinggi bulan ini (0,53 persen), sementara Kota Sukabumi menjadi wilayah dengan inflasi tahunan tertinggi (3,63 persen).
Plt. Kepala BPS Jawa Barat, Darwis Sitorus, menjelaskan, inflasi bulanan dipicu oleh lonjakan harga bahan bakar rumah tangga, beras, telur ayam ras, bawang merah, dan bensin.
Namun di balik angka yang tampak moderat itu, beban hidup masyarakat berpenghasilan rendah berisiko meningkat karena harga-harga kebutuhan pokok terus merangkak naik secara berkala.
Petani Mulai Merasakan Nafas Panjang
Kabar baik datang dari sektor pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) naik 2,01 persen menjadi 113,94, dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) meningkat 2,15 persen menjadi 117,20. Kenaikan ini terutama didorong oleh membaiknya harga jual komoditas seperti gabah, tomat, dan cabai rawit.
Namun begitu, tantangan struktural petani kecil masih belum terjawab sepenuhnya: ketergantungan pada harga pasar dan minimnya akses terhadap rantai distribusi tetap menjadi batu sandungan dalam jangka panjang.
Transportasi Kontras, Wisata Bergairah
Sektor transportasi menunjukkan kontras. Jumlah penumpang angkutan udara domestik justru turun menjadi hanya 0,56 ribu orang, dari sebelumnya 1,83 ribu pada Mei 2025. Penurunan ini menunjukkan masih lesunya minat bepergian melalui jalur udara, meski tidak disebutkan faktor penyebab utamanya.
Sebaliknya, angkutan kereta api meningkat menjadi 2,23 juta penumpang, menandakan pergeseran preferensi moda transportasi masyarakat. Dalam waktu yang sama, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Jawa Barat melalui Bandara Kertajati naik signifikan menjadi 513 kunjungan, naik dua kali lipat dibandingkan Mei. Wisman asal Singapura mendominasi dengan persentase 40,16 persen.
Sementara itu, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang tertinggi tercatat di Kota Bandung dan Kabupaten Purwakarta, walau TPK gabungan mengalami sedikit penurunan sebesar 0,09 poin.
Ekspor Naik, Neraca Dagang Masih Surplus
Dalam catatan perdagangan luar negeri, nilai ekspor Jawa Barat naik 3,71 persen untuk periode Januari–Juni 2025. Lonjakan ini disumbang oleh produk unggulan seperti mesin dan perlengkapan elektrik, kendaraan dan bagiannya, serta barang rajutan.
Sebaliknya, nilai impor justru turun 2,63 persen, utamanya pada kategori mesin dan kapas. Surplus neraca perdagangan pun meningkat menjadi 12,63 miliar USD, lebih tinggi dari 11,80 miliar USD pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, tak semua mitra dagang mencatat hasil positif. Jawa Barat tetap mengalami defisit perdagangan dengan Tiongkok dan Taiwan, meskipun surplus besar diperoleh dari perdagangan dengan Amerika Serikat, Filipina, dan Thailand.***






