Bandung, BandungOke.com – Kebun Binatang Bandung tak ubahnya medan perang pagi ini.
Sekitar pukul 06.00 WIB, puluhan orang berseragam security Red Guard di duga bersama oknum dari Taman Safari Indonesia (TSI) mendobrak masuk tanpa ampun.
Gerbang utama Bandung Zoo dihancurkan, pintu manajemen dijebol, dan pekerja yang menginap di dalam dipaksa keluar layaknya kriminal.
Tidak ada surat resmi. Tidak ada perintah hukum. Yang ada hanya aksi sepihak penuh kekerasan. Dan yang paling mengenaskan ratusan satwa, termasuk bayi-bayi yang bergantung pada susu pagi ini, terlantar tanpa perawatan.
“Kalau tak segera ditangani, mereka akan mati satu per satu,” ujar Yaya Suhaya, Ketua Serikat Pekerja Mandiri Derenten (SPMD) dengan suara terbata karena emosi. Rabu (6/8)
Teror Bersenjata Ala Sipil
Aksi Red Guard ini bukan sekadar penertiban. Ini serbuan paksa, mirip gaya preman berseragam. Aparat keamanan internal kebun binatang dilucuti otoritasnya. Karyawan dilempar keluar.
Sulhan Syafei, Humas Bandung Zoo mengatakan tak satu pun karyawan diberi akses masuk untuk menjalankan tugas vital yakni memberi makan dan merawat satwa.
“Puluhan pekerja akhirnya berkumpul di parkiran Garuda, memandangi dari jauh tempat kerja mereka yang kini berubah menjadi wilayah jajahan.” kata Sulhan.
Sulhan menegaskan, hingga saat ini truk pengangkut pakan tertahan. Bayi-bayi satwa yang biasa mendapat susu pukul 07.00 kini mengerang lapar di balik jeruji.
“Ini bukan lagi konflik kepemilikan. Ini pengambilalihan liar, dan satwa jadi korban,” kata Sulhan Syafei.
Lapor Polisi, tapi Satwa Tak Bisa Menunggu
Sulhan mengatakan atas invasi pagi ini,
General Manager Bandung Zoo, Petrus Arbeny, telah melapork ke Polrestabes Bandung. Namun hingga siang hari, tak ada tindakan nyata. Tidak ada pengamanan, tidak ada pemulihan situasi.
Satwa seolah tak penting. Nyawa-nyawa rapuh yang mestinya dilindungi undang-undang justru dibiarkan terkatung-katung oleh aparat yang mestinya menjaga ketertiban.
Sementara itu, pengunjung yang sudah membeli tiket lewat Traveloka pun ikut jadi korban. Tak bisa masuk. Tak ada informasi. Tak ada kompensasi. Hanya kebingungan dan rasa marah.
Negara Gagal Hadir, TSI dan Red Guard Harus Diadili
Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT), selaku pengelola sah kebun binatang, mengecam keras tindakan brutal ini. Mereka menyebutnya sebagai pendudukan ilegal yang melanggar hukum, etika, dan kemanusiaan terhadap satwa.
Krisis ini tak bisa lagi ditoleransi. Negara tak boleh menjadi penonton. Jika hari ini satwa-satwa itu mati kelaparan, darahnya ada di tangan semua pihak yang membiarkan kekerasan ini terjadi.***