Bandung, BandungOke — Di balik gerbang Kebun Binatang Bandung yang tertutup rapat, masih ada kehidupan yang tetap berdenyut.
Suara burung masih terdengar, mamalia masih disuapi susu, dan reptil tetap menjalani perawatan. Namun, di tengah rutinitas yang berjalan normal, terselip kegelisahan yang sulit dibendung.
“Pemberian pakan rutin tetap kami jalankan. Anakan satwa masih kami berikan susu dan makanan sesuai kebutuhannya,” tutur Rohman Suryaman, kurator Kebun Binatang Bandung. Senin (8/9/2025)
Ia memastikan 710 satwa—dari mamalia, aves, hingga reptil—dalam kondisi baik.
Namun, kebaikan hati para perawat satwa itu berhadapan dengan realitas pahit. Penutupan yang tak kunjung usai menggerogoti semangat para karyawan. Sumber penghidupan mereka bergantung sepenuhnya pada tiket pengunjung. Tanpa itu, masa depan terasa kabur.
“Sejujurnya kami tidak tahu akan bertahan sampai berapa lama. Kami hanya berharap pengurus masih terus memberi dukungan,” ucap Rohman lirih.
Para karyawan berharap sederhana, kebun binatang segera dibuka kembali. Mereka bukan hanya bekerja mencari nafkah, melainkan merawat satwa dengan hati. Hewan-hewan itu sudah mereka anggap keluarga.
“Harapan kami kepada pemerintah, kebun binatang segera dibuka. Supaya satwa sejahtera dan karyawan pun bisa bekerja tanpa waswas,” sambung Rohman, suaranya mewakili ratusan karyawan yang menanti kepastian.
Ironisnya, di tengah kegelisahan manusia, para satwa justru menemukan ketenangan. Hewan-hewan yang biasanya riuh ketika pengunjung memadati kandang kini lebih banyak berdiam diri.
“Karena tidak ada pengunjung, mereka cenderung lebih tenang. Ada semacam kenyamanan dan keamanan,” ujar Rohman.
Sunyi itu menenangkan bagi satwa, tetapi mencekam bagi karyawan. Kebun binatang kini menjadi ruang paradoks, hewan-hewan hidup dalam damai, sementara manusia yang merawat mereka dihantui kecemasan.***