close
RCAST.NET
HOT
BandungOKE
No Result
View All Result
BandungOKE
No Result
View All Result

Wanadri dan Unpad Menyatukan Jejak Alam Pulau Buru dengan Dunia Akademik

by Denny Surya
14 September 2025 - 14:48
Wanadri dan Unpad Menyatukan Jejak Alam Pulau Buru dengan Dunia Akademik

Bandung, BandungOke.com – Pulau Buru, di Maluku, selama ini lebih sering hadir dalam catatan sejarah politik Indonesia.

Namun, kali ini pulau itu kembali disebut, bukan karena masa lalunya, melainkan lewat sebuah ekspedisi ilmiah yang menyatukan petualangan, konservasi, dan dunia akademik.

RelatedPosts

KA Lodaya Jadi Primadona Wisata Bandung–Solo, Terhubung dengan Whoosh dan Feeder

Penjualan Tiket Kereta Nataru Tembus 91,5 Persen, Sinyal Ekonomi Libur Akhir Tahun Menguat

AHY Tinjau Angkutan Nataru di Gambir, Kereta Api Jadi Tulang Punggung Mobilitas Masyarakat

Sejak April 2025, organisasi pencinta alam legendaris Wanadri bersama Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) menggelar “Buru Expedition: Rediscover Buru”.

Program ini berjalan hingga akhir Oktober 2025 dengan agenda berlapis mulai dari pemanjatan tebing perawan setinggi 700 meter, penelitian flora di Gunung Kapalatmada, penanaman 10.000 mangrove, sirkumnavigasi pulau dengan kayak, hingga program kesehatan masyarakat.

Ketua Tim Ekspedisi Pulau Buru, Yoppy Saragih, menekankan bahwa ekspedisi ini bukan sekadar mendaki gunung atau menantang laut. “Kami ingin menunjukkan bahwa eksplorasi alam harus tumbuh menjadi riset, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat,” ujarnya. Minggu (14/9/2025)

Langkah itu sekaligus menggeser paradigma lama penjelajahan. Dulu, ekspedisi kerap berhenti di pencapaian fisik, mencapai puncak, mengarungi sungai, atau menembus hutan belantara.

Buru Expedition, Dari Tebing Hingga Laut: Ekspedisi Ilmiah Wanadri dan Mahasiswa Unpad
Buru Expedition, Dari Tebing Hingga Laut: Ekspedisi Ilmiah Wanadri dan Mahasiswa Unpad

Namun, kini, para penjelajah muda diajak menyelami dimensi lain mulai dari riset flora yang tahan iklim ekstrem, penulisan jurnal ilmiah, bahkan penyusunan risalah kebijakan konservasi.

Dekan Fakultas Pertanian Unpad, Dr. Ir. Meddy Rachmadi, MP., menyebut program ini sebagai jawaban atas kegelisahan lama.

“Sejak 2010 kami bercita-cita membekali mahasiswa dengan pengalaman nyata di alam terbuka. Ilmu di bangku kuliah hanya pendukung, yang utama adalah pengalaman,” katanya.

Karena itu kami dorong mahasiswa semester 7 ikut ekspedisi, bukan sekadar mengejar SKS, tetapi juga menghasilkan data untuk skripsi. “Pulau Buru tidak seperti Jakarta yang bisa pulang-pergi. Kalau berangkat, harus tuntas dari awal hingga akhir,” tegasnya.

Meddy tidak sekadar berbicara tentang kerasnya alam, melainkan soal integrasi antara petualangan dan akademik. Di mata dia, alam terbuka adalah laboratorium hidup, tempat mahasiswa belajar integritas, kerja sama, dan komunikasi—sesuatu yang tidak bisa sepenuhnya diajarkan di ruang kuliah.

Narasi serupa juga datang dari Dr. Muhammad Amir Solihin, SP., MT., Ketua Program Studi Agroteknologi Unpad. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini setara dengan 20 SKS selama satu semester, lengkap dengan rekognisi akademik.

“Mahasiswa tidak hanya mendapat SKS, tapi juga pengayaan wawasan, pengalaman lapangan, dan interaksi dengan masyarakat,” katanya.

Di situlah perbedaan mencoloknya. Ekspedisi ini bukan semata jalan-jalan ilmiah, melainkan ruang belajar alternatif yang menghubungkan buku, alam, dan masyarakat.

Ancaman Perubahan Iklim di Indonesia

Dari sirkumnavigasi pesisir, mahasiswa mencatat potensi bahari. Dari penanaman mangrove, mereka memahami blue carbon dan ancaman abrasi. Dari pelatihan selam, mereka belajar bagaimana terumbu karang bisa menjadi bagian pariwisata berkelanjutan.

Koordinator/Ketua Program Pesisir Terpadu (ICDP, Integrated Coastal Development Program) di bawah Divisi Lingkungan Yayasan Wanadri, Achmad Jerry, menuturkan bahwa kegiatan di Pulau Buru ini merupakan kelanjutan dari ekspedisi Wanadri Dayung Nusantara (DJN), setelah seri Jelajah Flores pada 2023 dan Belitung pada 2024.

Menurut Jerry, program ini tidak sekadar agenda petualangan, melainkan upaya menyatukan ilmu pengetahuan, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat. “Kami ingin masyarakat Pulau Buru ikut terlibat, bukan hanya menjadi penonton. Penanaman mangrove dan terumbu karang adalah bagian penting untuk menjaga masa depan mereka sendiri,” ujarnya.

Ia mengingatkan, ancaman perubahan iklim kian nyata di wilayah pesisir Indonesia.

Pulau Buru, yang dulu hanya disebut dalam buku sejarah, kini berubah menjadi ruang belajar hidup. Di antara tebing Kaku Mahu yang sunyi, hutan Kapalatmada yang lebat, dan laut biru yang mengelilinginya, mahasiswa belajar bahwa penjelajahan alam dan perkuliahan bisa berjalan beriringan.***

Tags: ekspedisi wanadrikonservasi alammangrovepariwisata berkelanjutanpendidikan tinggipulau bururiset floraUnpadyoppy saragih
Share230Tweet144Share58

Trending

Stasiun Tanjung Balai Seabad Melayani, Urat Nadi Mobilitas Sumut
Kota Bandung

H+9 Nataru Bandung Padat Wisatawan, Stasiun Jadi Pusat Mobilitas Ekonomi Kota

7 jam ago
10 Stasiun Favorit Wisman 2025: Yogya hingga Solo Balapan Ramai Turis Kereta
Jawa Barat

372 Ribu Pengguna Nataru, Commuter Line Bandung Perkuat Arus Wisata dan Urban Mobility

1 hari ago
Stasiun Bandung dan Kiaracondong Jadi Simpul Utama Nataru
Jawa Barat

Stasiun Bandung dan Kiaracondong Jadi Simpul Utama Nataru

1 hari ago
Bandung Terancam Krisis Sampah Januari, Pemkot Ajukan Tambahan Anggaran Rp90 Miliar
Kota Bandung

Bandung Terancam Krisis Sampah Januari, Pemkot Ajukan Tambahan Anggaran Rp90 Miliar

1 hari ago
Diduga Bom di Kosambi, Farhan Tegaskan Aparat Sudah Tangani Serius
Kota Bandung

Pengamanan Natal Bandung Diklaim Kondusif, Farhan Soroti Makna Kesederhanaan dan Ruang Toleransi

1 hari ago
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Kota Bandung
  • Jawa Barat
  • Hukrim
  • Pendidikan
  • Gaya Hidup
  • Ragam