Maluku, BandungOke.com – Bupati Buru secara resmi melepas tim “Buru eXpedition” dalam seremoni di Aula Kantor Bupati Buru, Namlea, Kabupaten Buru, Maluku, Rabu (17/9/2025).
Ekspedisi bertajuk “Rediscover Buru” ini menjadi momentum penting untuk menggali kembali potensi alam, budaya, sekaligus memperkuat upaya konservasi Pulau Buru.
Ekspedisi ini digagas oleh Wanadri, organisasi pelopor kegiatan alam bebas di Indonesia, bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Mahatva (Mapala Pertanian Unpad).
Tujuan utamanya bukan sekadar petualangan, melainkan riset keanekaragaman hayati, pemetaan potensi sosial-budaya, serta program pemberdayaan masyarakat.
Seremoni pelepasan diwarnai Tari Adat Sawat Buru sebagai penghormatan budaya lokal. Sejumlah pejabat hadir, antara lain Sekda Kabupaten Buru, Asisten II Bupati, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Pariwisata, Koordinator Pos Basarnas Namlea, dan Dandim 1506 Namlea.
Ketua Tim Ekspedisi, Yoppy Saragih, menegaskan bahwa kegiatan ini memadukan riset ilmiah, petualangan, konservasi, dan aksi sosial.
“Kami ingin menunjukkan bahwa eksplorasi alam tidak berhenti pada petualangan, tetapi berkembang menjadi riset, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat,” ujar Yoppy dalam keterangan resminya, Kamis (18/9/2025)
Tebing Kaku Mahu hingga Pesisir Pulau Buru
Salah satu capaian besar ekspedisi adalah pemanjatan Tebing Kaku Mahu setinggi 700 meter yang selama ini belum pernah tersentuh.
Tim juga menelusuri hutan Gunung Kapalatmada untuk mengidentifikasi flora yang tahan terhadap perubahan iklim, dengan target publikasi ilmiah, buku populer, hingga rekomendasi kebijakan konservasi.
Selain aspek alam, tim menelusuri warisan budaya lokal sebagai basis pengembangan ekowisata. Mereka juga melakukan sirkumnavigasi pesisir Pulau Buru menggunakan kayak laut untuk memetakan potensi bahari yang masih tersembunyi.
Dalam bidang lingkungan, program yang dijalankan meliputi rehabilitasi mangrove serta pelatihan selam bersertifikat bagi masyarakat untuk penanaman terumbu karang. Dukungan datang dari West Java Conservation Trust Fund (WJCTF) serta komunitas lingkungan di Pulau Buru.

Aksi Sosial dan Harapan
Ekspedisi juga menyentuh aspek kesehatan masyarakat melalui operasi katarak gratis, pemeriksaan kesehatan, pembagian kacamata baca, dan penyediaan akses air bersih.
Sambutan dari Bupati Buru, diwakili Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Buru , M.Z. Effendy Rada mengatakan “Secara filosofi, ini merupakan keberkahan bagi saudara-saudara kita di Pulau Buru,” ujarnya.
Ia berharap program ini dapat menjadi agenda berkelanjutan yang melibatkan pemerintah, swasta, LSM, media, dan masyarakat setempat.
Rangkaian Kegiatan “Buru eXpedition” April–Oktober 2025, yaitu:
1)Pemanjatan Tebing Kaku Mahu (700 m) pada 20 Mei 2025, sekaligus pendataan flora di wilayah tebing curam.
2)Penelitian Flora Gunung Kapalatmada, Fokus pada identifikasi tumbuhan tahan perubahan iklim. Targetnya: jurnal ilmiah, buku, kebijakan konservasi, hingga penamaan spesies baru.
3)Pendataan Sosial Budaya & Potensi Ekowisata. Observasi berbasis kearifan lokal.
4)Sirkumnavigasi Pesisir Pulau Buru dengan Kayak Laut. Pemetaan potensi pesisir dan laut sebagai identitas bangsa bahari.
5)Rehabilitasi Mangrove. Penanaman dan perawatan mangrove sebagai upaya konservasi dan mitigasi perubahan iklim.
6)Pelatihan Selam Bersertifikat A. Untuk pemeliharaan terumbu karang dan mendukung pariwisata bahari.
7)Program Kesehatan Masyarakat – Operasi katarak, layanan kesehatan umum, distribusi kacamata baca, dan penyediaan air bersih.
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Wanadri, PERDAMI, BASARNAS, TNI AU, TNI AD, KODAM Pattimura, Dinas Kesehatan Maluku/Buru, serta elemen masyarakat Buru.***