Karawang, BandungOke.com — Di tengah deru mesin pabrik dan semangat pekerja otomotif, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan satu hal sederhana tapi kuat “Kalau ekspor lancar, orang banyak bekerja. Kalau orang bekerja, warung laku, keluarganya bahagia.” katanya.
Pernyataan itu menggema saat ia menghadiri seremoni “3 Juta Ekspor bagi Indonesia” di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Karawang Plant 1, Kamis (9/10/2025).
Bagi Dedi—akrab disapa KDM—ekspor bukan sekadar angka di laporan ekonomi. Ia melihatnya sebagai denyut kehidupan rakyat. Setiap kontainer mobil yang berangkat ke luar negeri berarti ribuan piring nasi tetap terhidang di meja makan para pekerja.
Namun, ia juga menyoroti satu kendala klasik akses menuju Pelabuhan Patimban di Subang. “Masih ada kekurangan. Patimban itu akses tolnya harus segera dipercepat biar ekspornya lancar,” tegasnya.
Bagi KDM, percepatan infrastruktur adalah kunci agar Karawang dan Subang benar-benar menjadi episentrum ekspor nasional.
Sinergi Pemerintah dan Industri
Dari sisi pemerintah pusat, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto turut menegaskan bahwa diplomasi dagang kini semakin agresif. “Indonesia sedang terus bernegosiasi dengan multi blok luar negeri,” ujarnya.
Langkah ini, kata Airlangga, sejalan dengan arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang mendorong pembukaan pasar baru bagi produk nasional.
PT TMMIN menjadi bukti nyata keberhasilan strategi ini. Sejak 1987, mereka telah mengekspor tiga juta unit kendaraan ke 100 negara, menjadikan Indonesia salah satu pemain penting di rantai pasok global otomotif.
Ekosistem ini melibatkan 540 pemasok tier 2 dan 240 pemasok tier 1, dengan total 360 ribu tenaga kerja. Dari pabrik baja hingga bengkel kecil penyedia komponen plastik, semua berputar dalam orbit ekonomi yang sama.
“Ini bukti nyata daya saing Indonesia di kancah global,” ujar Airlangga.
Rakyat di Pusat Panggung Ekspor
Dedi Mulyadi melihat capaian ekspor bukan semata prestasi korporasi, tapi refleksi kebijakan ekonomi yang berpihak pada rakyat. “Kalau roda industri berputar, maka warung, toko, dan rumah tangga ikut hidup,” ucapnya.
Narasi itu mengingatkan kembali pada gagasan lama Dedi tentang ekonomi berbasis kemanusiaan di mana pembangunan besar harus tetap memberi ruang bagi kesejahteraan kecil.
Dan dari Karawang kawasan industri yang tak pernah tidur ia menutup dengan pesan yang membumi: “Ekspor lancar bukan soal pabrik besar, tapi soal rakyat kecil yang ikut tersenyum.” ***






