Bandung, BandungOke. — Wali Kota Muhammad Farhan kembali meluncurkan wacana baru, setiap RW di Bandung diharapkan memiliki sprinkler untuk pencegahan kebakaran.
Gagasan itu tampak heroik, tapi pertanyaannya sederhana, siapa yang akan membayar?
Sprinkler bukan alat murah. Di banyak RW padat penduduk, jangankan beli pipa bertekanan tinggi, iuran keamanan bulanan pun sering tersendat. Tapi Pemkot seperti biasa melempar tanggung jawab ke warga, Linmas, dan “patroli lingkungan”.
Farhan menyebut pentingnya deteksi dini dan kesiapsiagaan, namun Pemkot sendiri belum menyiapkan dukungan nyata mulai dari tidak ada subsidi alat, tidak ada pelatihan masif, bahkan sistem distribusi air kota sering macet di jam genting.
Kampanye Bandung Siaga Bencana pun terasa seperti slogan kosong, lebih banyak seremonial daripada solusi. Di tengah APBD triliunan, warga diminta gotong royong membeli sprinkler sendiri.
Hal ini jadi sebuah ironi bagi kota yang gemar menata taman tapi abai menyiapkan sistem keselamatan dasar.
Bandung boleh saja dijuluki kota kreatif, tapi tanpa perlindungan warga, kreativitas itu bisa lenyap dalam satu kobaran api.***
Editor : Deny Surya






