Bandung, BandungOke – Insiden ambruknya bangunan SMP Pasundan 1 dan 2 di Bandung, Senin siang, 3 November 2025, memicu evaluasi serius terhadap kelayakan infrastruktur pendidikan di kota ini.
Peristiwa terjadi sekitar pukul 11.00 WIB saat ruang kelas sedang kosong karena siswa belajar di laboratorium komputer. Meski demikian, sejumlah siswa yang berada di sekitar lokasi tertimpa reruntuhan.
Enam korban segera ditangani di RSUD Bandung Kiwari. Lima di antaranya mengalami luka ringan dan diperbolehkan pulang, sementara satu siswa patah tulang dan satu lainnya masih menunggu hasil rontgen.
Pemerintah Kota Bandung menegaskan biaya perawatan ditanggung sepenuhnya oleh sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Asep Saeful Gufron, meninjau langsung lokasi bersama jajarannya.
Ia menyebut insiden ini sebagai peringatan agar seluruh sekolah negeri maupun swasta lebih serius mengevaluasi kondisi gedung, terutama di tengah cuaca ekstrem dan angin kencang.
“Kami menginstruksikan bangunan dikosongkan sampai hasil analisis kelayakan selesai,” ujarnya.
Disdik meminta sekolah menyiapkan opsi pembelajaran alternatif. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Sukmana, mengatakan kelas 7 kemungkinan dialihkan ke pembelajaran jarak jauh (PJJ), sementara ruang lain dapat dimanfaatkan sebagai transisi.
Bagian bawah bangunan disebut tidak terdampak, tetapi tetap dikosongkan demi kehati-hatian.
Pihak sekolah mengaku telah mengusulkan bantuan rehabilitasi cepat pada 2026, usai menerima alokasi tahun berjalan.
Untuk sementara, fokus diarahkan pada memastikan proses belajar tetap berjalan aman. Malam harinya, para korban dikabarkan bersiap pulang dan menjalani rawat jalan.
Insiden di Pasundan kembali menyoroti rapuhnya infrastruktur pendidikan kota. Pemerintah daerah diminta memperketat evaluasi fisik bangunan sekolah untuk mencegah kejadian serupa berulang lebih lagi ketika intensitas hujan dan risiko cuaca meningkat.***






